Petani Ikan Kebumen Butuh Pusat Pelatihan
KEBUMEN - Peternak Kebumen masih kesulitan mengembangkan usahanya. Pasalnya, sampai saat ini di Kota berslogan Beriman ini belum ada pusat pelatihan bagi para peternak.
Pengelola dan Pemilik Unit Pembibitan Rakyat Mina Pesona Wachidun Kusniyanto (44) mengatakan, sampai saat ini, para peternak baru bisa belajar secara mandiri dengan bertanya langsung kepada para praktisi perikanan.
Hal ini menjadi ironis, jika praktisi tersebut hanya mau berbagi ilmunya sebagian saja. Pasalnya, ilmu yang diberikan dengan tidak sempurna justru dapat membahayakan ikan itu sendiri. “Pernah ada kasus, seorang peternak ikan disuruh memberi kapur pada kolam agar ikannya berkembang bagus. Setelah dilaksanakan justru semua ikannya mati. Karena yang digunakan adalah kapur bangunan bukan kapur pertanian,” ucapnya.
Oleh sebab itu, dia mendorong Kebumen agar mendirikan Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) atau seperti Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) di bidang pertanian.
"Hingga kini Kabupaten Kebumen belum terdapat satu pun P2MKP. Hal inilah yang mungkin menjadi salah satu sebab peternak ikan belum bisa mendapatkan prestasi yang membanggakan dalam dunia perikanan.Adanya P2MKP nantinya akan dijadikan rujukan bagi masyarakat untuk berlatih serba-serbi perikanan," katanya.
Dijelaskannya, untuk dapat memajukan dunia perikanan masyarakat harus benar-benar memahami ke enam syarat tersebut. Masyarakat perlu diberi pelatihan khusus agar benar-benar paham. Lebih lanjut Wachidun Kusniyanto menerangkan, berbeda ikan tentu berbeda pula kebutuhannya. Pasalnya lokasi yang sesuai untuk ikan lele, belum tentu sesuai untuk ikan nila. Begitu juga dengan pakan, antivirus teknologi dan pemasarannya. “Di P2MKP tersebut, nantinya akan terdapat perpustakaan, dan contoh budidaya ikan yang baik. Lebih bagus jika di P2MKP juga terdapat pengolahan ikan dan pemasarannya,” katanya.
Selain P2MKP, Wachidun juga mensikapi persoalan minimnya penyuluh perikanan. Menurutnya meski sudah dibantu dengan penyuluh perikanan swadaya namun jumlah penyuluh perikanan masih belum memadai. Idealnya satu desa terdapat satu penyuluh, minimal dua desa terdapat satu. “Hal ini penting, sehingga saat menghadapi masalah terkait perikanan masyarakat dengan mudah dapat berkonsultasi,” paparnya.
Selama itu tambahnya, selama ini, untuk dapat mempelajari tentang budidaya ikan, masyarakat hanya dapat bertanya (mam) (kebumenekspres.com)