Produksi Meningkat, Harga Oyek Naik
KEBUMEN - Musim kemarau yang tanpa hujan kini dimanfaatkan oleh sebagian warga wilayah pegunungan di Kebumen untuk memproduksi oyek atau nasi singkong kering. Karena itu, harganya di tingkat produsen dan pedagang naik dari Rp 6.000,- menjadi Rp 6.500,- sampai Rp 7.000,-/kilogram.
"Cuaca kering di musim kemarau memang bisa menghasilkan oyek yang mutunya bagus. Karena itulah permintaan oyek kini tinggi, khususnya dari pedagang oyek partai besar ke Jakarta," ungkap Darisem, pembuat oyek di Desa Peniron Kecamatan Pejagoan Kebumen, saat menjemur singkong dan nasi oyek di halaman rumahnya, Senin (15/09/2014).
Menurut Darisem, tingginya permintaan oyek baik untuk pasar lokal di Kebumen maupun ke luar daerah menyebabkan pembuatnya kewalahan mengingat proses pembuatannya yang rumit dan menguras tenaga. Diantaranya, dengan mengupas kemudian
mencuci singkong, merendam, menggiling, menanak dan mengeringkannya. "Justru dengan permintaan tinggi itu kami harus kerja keras memenuhi pesanan, sehingga wajarlah kalau kami minta upah atas jerih payah kami dengan cara menaikkan harganya," jelas Darisem.
Sementara menurut Muslim, pedagang oyek di Desa Kutosari Kecamatan/Kabupaten Kebumen, selain dikirim dalam partaibesar ke Jakarta, dirinya juga punya pelanggan beberapa pedagang nasi oyek di kota Kebumen, baik pedagang nasi oyek di pasar-pasar di Kebumen maupun pedagang makanan keliling.
"Sebagai salah satu jenis kuliner yang setiap hari bisa ditemui di Kebumen, nasi oyek yang dihidangkan dengan oseng-oseng teri atau tempe dengan cabai hijau atau oseng- oseng nangka, menurut penjualnya kini semakin disukai oleh warga masyarakat. Karena permintaan pasar tinggi, tak heran harga oyek kini kian mahal," jelas Muslim. (Dwi/krjogja)
SUMBER: http://www.beritakebumen.info/2014/09/produksi-meningkat-harga-oyek-naik.html#ixzz3DRoJmLBL