Ancaman Leptospirosis Mengintai di Musim Hujan, Hindari Gunakan Air Tampungan
Kebumen – Memasuki musim hujan, masyarakat diimbau meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit leptospirosis. Genangan air dan banjir berpotensi menjadi media penyebaran bakteri Leptospira interrogans yang berasal dari urine hewan terinfeksi, terutama tikus.
Peringatan tersebut disampaikan oleh dr. Nani dari Direktorat Penyakit Menular Kementerian Kesehatan dalam webinar “Implementasi Konsep One Health dalam Mencegah dan Mengendalikan Leptospirosis di Jawa Tengah” yang digelar secara daring pada Kamis (13/11/2025).
Ia menekankan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, mengendalikan populasi tikus, serta menghindari kontak dengan genangan air sebagai langkah pencegahan. Masyarakat juga disarankan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti menggunakan sarung tangan dan alas kaki saat beraktivitas di area banjir, serta rutin mencuci tangan dan kaki menggunakan air mengalir dan sabun.
Menurutnya, konsep One Health dapat menjadi pendekatan efektif untuk menanggulangi leptospirosis melalui empat aspek utama: pencegahan, surveilans, penanganan kasus, serta promosi kesehatan. Upaya edukasi masyarakat menjadi sangat penting khususnya pada puncak musim hujan.
Plt. Subkoordinator P2M Dinas Kesehatan Jawa Tengah, Zanuar Abidin, menjelaskan bahwa leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang menular dari hewan ke manusia melalui air atau tanah yang tercemar urine hewan terinfeksi. Kasusnya di Jawa Tengah masih cukup tinggi dan fluktuatif. Hingga September 2025, tercatat 685 kasus dengan 108 kematian, atau case fatality rate (CFR) sebesar 16,41 persen. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2024 yang mencatat 545 kasus dengan 66 kematian (CFR 12,11 persen).
Melihat peningkatan tersebut, Zanuar menegaskan pentingnya memperkuat kolaborasi lintas sektor dalam kerangka One Health untuk mempercepat deteksi dini, meningkatkan edukasi, dan memperkuat respons cepat antarbidang kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan. Dengan sinergi yang baik, ia optimistis pengendalian penyakit dapat dilakukan lebih efektif.
Sementara itu, Peneliti Ahli Madya BRIN, Ristiyanto, menambahkan bahwa risiko penularan leptospirosis meningkat selama musim hujan karena banjir mendorong tikus berpindah ke kawasan permukiman untuk mencari tempat yang lebih aman. Hal ini meningkatkan frekuensi kontak antara manusia dan hewan tersebut.
Ia menilai bahwa pendekatan One Health perlu digiatkan untuk memastikan pengendalian tikus, kebersihan lingkungan, serta perlindungan kesehatan masyarakat berlangsung secara terpadu dan cepat di wilayah terdampak banjir. Upaya ini penting untuk mencegah terjadinya wabah leptospirosis.
Sumber : jatengprov.go.id
IMG-20251113-WA0119.jpg
IMG-20251113-WA0121.jpg