Jelang Hari Jadi Kebumen, Benda Pusaka Kabupaten Dijamas

KEBUMENKAB.GO.ID - Jelang peringatan Hari Jadi Kebumen ke 393, Pemerintah Kabupaten Kebumen menggelar jamasan atau pembersihan benda pusaka kabupaten di Pendopo Kabumian, Jumat (19/8).


Kegiatan jamasan benda pusaka kabupaten dilakukan Bupati Arif Sugiyanto, para alim ulama, dan juga budayawan. Benda pusaka yang dijamas selain milik kabupaten, ada juga benda pusaka dari Masjid Agung Kauman.


Bupati Arif Sugiyanto mengatakan, benda pusaka yang dijamas dari kabupaten yakni ada dua tombak, satu keris dan dua payung. Sementara benda pusaka dari Masjid Agung Kauman ada 13 tombak yang dijamas.


"Tahun ini sedikit berbeda, karena yang dijamas bukan hanya dari benda pusaka kabupaten tapi juga ada dari Masjid Agung Kuuman. Di hari jadi Kabupaten Kebumen ke 393 ini, pusaka milik kabupaten dan Masjid Kauman kita gabung untuk dilakukan pembersihan," ujar Bupati.


Kegiatan Jamasan ini kata Bupati, tidak lain adalah untuk melestarikan budaya, dan menghormati apa yang menjadi warisan para leluhur. Tidak ada sesuatu hal yang berbau syirik atau menyalahi aturan agama.


"Jadi ini bukan syirik, ini budaya. Syirik itu kalau kita sembah-sembah, kita nggak menggangungkan pusaka. Yang kita agungkan tetap Allah.  Ini kan nguri-nguri budaya, mengingatkan kita kepada para nenek moyang kita, dengan keris dan tombak mereka berjuang melawan penjajah. Nah alat pusaka ini patutnya kita jaga karena punya nilai sejarah," terangnya.


Menurut Bupati, pembersihan benda pusaka tidak hanya dilakukan satu tahun sekali. Namun juga kerap dilakukan perawatan. Hanya saja yang dilakukan secara seremonial selalu satu tahu sekali, menjelang hari jadi Kebumen.


Adapun pusaka milik kabupaten yang dijamas yakni dua payung, satu Keris Dapur Nogo Siluman, Tombak Kiai Puser Bumi dan Tombak Kiai Biring. Benda pusaka milik kabupaten itu merupakan peninggalan era Mataram Islam.


Sedangkan pusaka Masjid Agung Kebumen jumlahnya ada 13 tombak. Merupakan peninggalan Mbah Imanadi tahun 1830 M, seorang ulama yang mendirikan Masjid Agung Kauman. Mbah Imanadi adalah putra asli Kebumen yang hidup pada masa Hamengkubuwono ke-III.


Pusaka-pusaka ini dimandikan dengan air kembang setaman yang sumber airnya diambil dari tujuh mata air, yakni Wongso Kerti, Bodronolo, Bumidirjo, Kertinegara, Purbo Negoro, Kolopaking, dan Kebejen. (al/dp)