Warga Urut Sewu Gelar Mujahadah
KEBUMEN-Ratusan warga yang berasal dari sejumlah desa di kawasan Urut Sewu pesisir selatan Kebumen menggelar mujahadah di lapangan Desa Setojenar, Kecamatan Buluspesantren,Kebumen. Persisnya di depan kantor Dislitbang TNI-AD,Senin (18/2).
Dipimpin oleh Kiai Imam Zuhdi,mujahadah diikuti sekitar 500 orang. Sejumlah organisasi rakyat terlibat dalam acara yang berlangsung mulai pukul 09.00 sampai 11.00. Antara lain Forum Paguyuban Petani Kebumen Selatan (FPPKS) dan Urut Sewu Bersatu (USB),Perwira, Parlemen,WBDK-PPSPAT,KTM,Tlagawiraputra,Setaman, Busel, Sereus, IRAQ, PPS,dan PPAP.
Tampak sejumlah aktivitas seperti Seniman,Paryono,Kepala Desa Setrojenar dan tokoh masyarakat setempat. Dalam mujahadah tersebut, warga mengusung sebuah keranda di tengah lapangan sebagai simbol untuk mengingatkan korban dalam tragedi di Urut Sewu.
"Melalui mujahadah akbar ini kami berdoa bersama, memohon keadilan kepada Tuhan terkait persoalan di Urut Sewu," ujar Ketua USB Sunu Widodo Sunu Nugroho di sela-sela acara.
Menurut Sunu, sudah sekian lama masyarakat bersabar menunggu itikad baik dari TNI dan pemerintah untuk menyelesaikan konflik di Desa Setrojenar pada khususnya dan Urat Sewu pada umumnya. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meluruskan persoalan, namun justru teror, intimidasi dan fitnah yang didapat masyarakat.
"Akhir-akhir ini bahkan beredar isu bahwa TNI akan menerapkan tembak di tempat bagi siapapun yang menghalang-halangi TNI. Bahkan sebelumnya pernah dimunculkan rumor bahwa gerakan di Urut Sewu ditunggangi gerakan komunis," ujar pemuda dari Desa Wiromartan,Mirit tersebut.
Cintai TNI
Menurut Sunu, masyarakat Urut Sewu sangat mencintai NKRI dan TNI sebagai alat negara. Justru karena itulah mereka merasa mempunyai tanggungjawab untuk meluruskan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh tNI. Masyarakat tidak akan menolak latihan dan uji coba senjata berat TNI jika hak-haknya tidak dirugikan, terutama hak atas kepemilikan tanah.
"Sepenting apapun kegiatan TNI tidak selayaknya membawa kerugian bagi masyarakat yang pasti akan merusak kewajiban TNI itu sendiri," tandasnya.
Adapun akhir-akhir ini wacana publik digiring untuk menganggap bahwa warga yang menolak latihan TNI adalah melawan negara. Tetapi persoalan pokok dan penderitaan warga tidak pernah dipertimbangkan.
Dia menegaskan, masyarakat tidak bisa menerima rencana uji coba senjata karena masih trauma dengan kejadian 16 April 2011 di Desa Setrojenar. Kejadian itu mengakibatkan belasan orang harus dirawat ke rumah sakit karena luka tembak dan luka pemukulan oleh TNI.
"Selain itu puluhan sepeda motor rusak parah dan sampai saat ini belum pernah ada kejelasan penyelesaiannya. Bahkan kejadian itu oleh Komnas HAM telah dinyatakan adanya dugaan pelanggaran HAMm," ujarnya
Sumber : Harian Suara Merdeka
mujahadah.jpg