Hari Jadi Sah, tapi Tidak Membumi


KEBUMEN - Pengajar dan pengamat Pusat Studi Sosial, Agama, dan Kemanusiaan STAINU Kebumen Drs. H Mahrur Adam Maulana MAg menilai, sesuai ketentuan perda bahwa Hari Jadi Kebumen 1 Januari 1936 tetap sah, namun tidak membumi.

"Saya sependapat hari jadi perlu dikaji ulang dan kita runut sesuai dengan cikal bakal nama Kebumen sejak kedatangan Ki Bumidirdjo," tandas Mahrur saat dihubungi di Kampus STAINU Jalan Tentara Pelajar 55B Kebumen, kemarin.

Dia mengakui, sampai sekarang masih ada pro kontra di masyarakat mengenai Hari Jadi Kebumen. Sebab menilik riwayat Kebumen sudah ada sejak kedatangan Pangeran Bumidirjo dari Mataram sekitar tahun 1970-an. Selain itu, Kebumen juga memiliki cikal bakal pada tokoh dinasti lokal Arung Binang dan Kolopaking.

Menurut Mahrur, mengenai patokan Hari Jadi Keputusan DPRD yang menetapkan 1 Januari 1936 sebenarnya mengacu pada Surat Keputusan Gubernur Hindia Belanda. Artinya, secara historis hari jadi itu kurang membumi.

"Demi kebenaran sejarah saya pikir perlu dirunut ke Belakang. Kami berpendapat usia Kebumen sudah lebih 382 tahun lalu yakni saat kedatangan Pangeran Bumidirdjo mendirikan desa beranama Kebumen," tandas mantan wakil ketua DPRD Kebumen itu.

Pertanian

Menyinggung kondisi Kebumen saat ini, Mahrur menyatakan, di satu sisi menaruh apresiasi terhadap pembangunan fisik. Sebagai contoh pembangunan dan renovasi sejumlah pasar daerah berdimensi pada aspek perekonomian lokal.

Namun dia mengingatkan, mayoritas warga Kebumen adalah petani dan daerahnya menjadi peyangga pangan di Jateng.

Dengan demikian Mahrur meminta agar sektor pertanian tetap menjadi prioritas. Jangan sampai posisi Kebumen sebagai salah satu lumbung padi di Jateng selatan terancam. Apalagi belakangan ini lahan pertanian makin menyempit, pola tanam dua kali padi satu kali palawija kadang tidak bisa tepat waktu akibat perubahan musim.

Secara terpisah tokoh masyarakat yang juga aktivitas pada Lembaga Swadaya Umat Bina Insani Kebumen Dra Sri Winarti MH mengaku kecewa dengan pelaksanaan pawai budaya pada Minggu 30 Desember tahun lalu.

Menurut dia, meskipun pawai budaya itu mampu menghibur warga, secara substansial kurang menarik dan tidak greget.

Bahkan Winarti menilai pawai budaya hari jadi itu tanpa konsep yang jelas karena asal digelar.

Padahal semestinya pawai budaya merupakan show of force Kebumen dengan dimensi seni kreativitas dan menghibur. Apalagi masyarakat Kebumen dikenal haus hiburan, namun penyajian pawai hanya ala kadarnya.

Demikian pula pelaksanaan Kebumen Expo pun terkesan hanya memindah toko elektronik dan dealer sepeda motor, belum mencerminkan potensi ekonomi dan UKM Kebumen. (B3-86)

sumber : suaramerdeka