Tuangkan Ekspresi Jiwa pada Batu Mulia



ADA banyak hal yang bisa menjadi media untuk menuangkan kreasi seni seseorang. Salah satunya melalui kerajinan batu mulia yang dipilih Supratikno, warga RT 03 RW 02 Dukuh Siluk, Desa Sadang Kulon, Kecamatan Sadang.

Bagi pria kelahiran tahun 1972 ini, batu mulia yang ada di Sungai Luk Ulo di Kecamatan Sadang memiliki nilai eksotisme dan nilai ekonomi sangat tinggi. Namun, apa yang dilakoni Supratikno tersebut tak sekedar untuk mencari rupiah. Lebih dari itu, membuat kerajinan batu mulia sebagai ruang mengekspresikan jiwa secara utuh.

Perpaduan antara potensi alam dan potensi seni dalam diri Supratikno itu pun menghasilkan karya-karya dengan nilai seni yang tinggi dan menjadi ladang rejeki bagi keluarga pria yang akrab dipanggil Suprat. Butuh sentuhan rasa batin yang kuat untuk menghasilkan karya yang baik.

Awalnya, Suprat adalah seorang seniman patung kayu atau tunggak kayu. Namun, beberapa waktu kemudian Suprat berganti media dari kayu ke batu mulia. "Saya menggunakan batu mulia tepatnya sejak tahun 2009, karena banyak tantangannya. Membuat kerajinan berbahan batu mulia lebih sulit dibanding dengan kayu. Tapi kalau ada pesanan untuk membuat patung dari tunggak atau kayu, saya masih melayaninya," tutur Suprat, kemarin.

Tak membutuhkan ruang yang besar dan mewah untuk menghasilkan karya indah tersebut. Suprat hanya memanfaatkan teras rumahnya sebagai tempat bekerja dan ruang tamu rumah sebagai tempat display karya ukiran kayu dan batu mulia.

Dari puluhan karya yang dipanjang terdapat berbagai bentuk dan ukuran. Diantaranya bentuk hewan-hewan seperti burung, kambing, kelinci, kura-kura, panda dan singa. Ada juga bentuk tokoh wayang seperti Semar dan Anoman serta bentuk konten yaitu gabungan beberapa bentuk model, kaligrafi arab, maupun bentuk abstrak. "Ukurannya ada yang besar dan ada juga yang kecil," imbuh dia.

Olah Potensi

Suprat menuangkan kreasinya dengan menggnakan bahan berbagai jenis batu mulia, seperti batu giok, naga sue, batu pirus, batu badar besi, jasper, opsiddion, amethyst dan batu corak berwarna.

Bahan baku karya seni batu mulia itu diperoleh dari Sungai Luk Ulo dan sekitarnya. Biasanya ada warga yang mengirim bebatuan itu ke rumah tetapi terkadang dia harus mencari batu itu sendiri.

"Saya bersama beberapa teman berusaha mengolah potensi Sadang," kata dia yang juga anggota kelompok Belajar Masyarakat Desa Vokasi Desa Sadang Kulon.

Pengetahuan tentang batu mulia itu diperoleh secara autodidak, ditambah dengan informasi dari para konsumen yang sangat paham masalah batu mulia. Tak hanya itu, dia juga pernah mendapatkan pembinaan tentang pengertian jenis-jenis batu, teknik produksi dan kreasi dari Kelompok Pengrajin Batu Hias Lukulo Stons. (Rinto Hariyadi-91)

sumber : suaramerdeka