Perajin Tahu Dibuatkan IPAL

KEBUEN - Perajin tahu di Desa Bumiharjo, Kecamatan Klirong, Kebumen, dibuatkan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) oleh Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Kebumen. Hal itu menyusul pengaduan warga yang mengeluhkan adanya limbah dari produksi tahu tersebut.

Hanya saja, pembangunan IPAL itu baru satu paket yang digunakan oleh dua perajin tahu di desa setempat. Padahal, di desa Bumiharjo terdapat lebih dari 20 perajin tahu. Praktis, keberadaan limbah dari produksi tahu yang belum ada IPAL itu masih mengganggu warga.

Kurangi Pencemaran

"Pembangunan IPAL itu untuk demplot (demonstrasi percontohan). Kami harapkan masyarakat dapat meniru," tandas Kepala KLH Kabupaten Kebumen, Ir H Masagus Heru Noto didampingi Kasi Pemulihan Lingkungan Hidup Siti Durohtul Yatimah SP, kemarin.

Limbah produksi tahu yang dikeluhkan itu karena dibuang di pekarangan. Selain kehitam-hitaman dan tergenang, juga menimbulkan bau tidak sedap serta menjadi sarang nyamuk dan mencemari sumur warga.

Atas pengaduan dari warga itu, lantas ditindaklanjuti KLH dengan melakukan verifikasi lapangan. Kemudian dibangunkan satu instalasi pengolahan air limbah.

"Bangunannya dari mulai bak pencucian kedap air, yang kemudian disalurkan menggunakan pipa ke bak kontrol. Selanjutnya masuk ke bak reaktor," kata Siti Durotul Yatimah.

Lebih lanjut, baru kemudian masuk ke instalasi pengolahan air limbah dan dislurkan ke drainase atau irigasi.

Dengan pengolahan tersebut, maka limbah produksi tahu yang keluar dapat mengurangi adanya pencemaran lingkungan. Namun sayangnya belum seluruh perajin tahu memiliki IPAL.

Menurut Siti Durohtul Yatimah, partisipasi perajin tahu untuk membangun IPAL masih rendah. Mereka yang home industri itu tidak memasukkan pengolahan limbah dalam biaya produksi.

"Itung-itungannya baru sebatas untung berapa, belum sampai untuk biaya pengolahan limbah."

Karena termasuk limbah organik, maka limbah yang terurai itu menimbulkan bau tidak sedap. Selain itu menimbulkan bakteri ecoli dan rawan pencemaran. Terlebih daerah Kebumen memiliki tanah dangkal, sehingga bisa menjadikan penurunan kualitas air tanah. (K5-78)

sumber : suaramerdeka