Musim Hujan, Gembor Tak Lagi Dibutuhkan
KEBUMEN (KRjogja.com) - Memasuki musim hujan, perajin porot atau gembor (wadah air yang biasa digunakan petani untuk menyirami tanaman) di Desa Mrinen, Kecamatan Kutowinangun, Kabupaten Kebumen, menurunkan produksi. Bahkan ada yang menghentikan produksi sampai musim kemarau datang.
"Sudah jadi kebiasaan, kalau musim hujan, nyaris tidak ada yang butuh gembor. Sebaliknya, kalau musim kemarau, kami kewalahan memenuhi pesanan," ungkap Melan (48) salah satu perajin gembor di Desa Mrinen.
Di musim hujan, gembor dibuat sebagai pekerjaan sambilan. Namun begitu memasuki musim kemarau, produksi digenjot karena berapa pun jumlah gembor yang dibuat, langsung habis terserap pasar.
Hanya saja, di saat banyak pesanan, perajin kerap mengalami kendala sulitnya memperoleh bahan baku berupa kaleng dan blek bekas.
Selain dipasarkan di wilayah Kabupaten Kebumen, gembor buatan Desa Mrinen banyak terserap petani dari berbagai daerah di Jawa Tengah. Tidak sedikit pula yang dikirim ke Yogyakarta.
Harga gembor dari bahan kaleng bekas Rp 20 ribu. Ada juga gembor dengan bahan seng baru, harganya berkisar Rp 25 ribu hingga Rp 30 ribu.