Pemkab Kaji Pemanfaatan Gas Alam
KEBUMEN - Dinas Sumber Daya Alam dan Energi Sumber Daya Mineral (Dinas SDA-ESDM) menghimbau kepada warga masyarakat agar tak merasa khawatir akan adanya fenomena munculnya gas alam, seperti yang terjadi di RT 1 RW 1 Desa Indrosari Kecamatan Buluspesantren. Gas yang keluar dari sumur bor tersebut dipastikan aman bahkan Pemkab mengkaji kemungkinan memanfaatkan gas alam tersebut untuk dimanfaatkan.
Seperti diberitakan sebelumnya, warga Desa Indrosari Kecamatan Buluspesantren dikejutkan dengan munculnya gas dari sumur bor milik Hadi Purwanto, warga setempat pada Kamis (11/11/2015) lalu. Sejumlah warga mengaku khawatir kemunculan gas itu akan memicu bencana seperti sumur lapindo di Jawa Timur. Apalagi, fenomena itu bukan kali pertama terjadi di Kebumen.
Kepala Dinas SDA dan ESDM Kebumen Ir Suhartomo MT melalui Kasi Sumber Daya Mineral Soipudin Damas ST, mengatakan, kekhawatiran itu tidak beralasan. Dia menjelaskan, gas yang terdapat di kawasan tersebut merupakan jenis gas alam rawa. Kemungkinan pada zaman dahulu kawasan pesisir selatan merupakan bekas rawa-rawa.
“Itu aman untuk digunakan. Jika ada yang mau memanfaatkan berarti merupakan masyarakat yang kreatif,” tutur Soipudin Damas, ditemui di ruang kerjanya, Selasa (17/11/2015).
Dijelaskannya, struktur lapisan tanah di sepanjang pesisir selatan, mulai dari Kecamatan Puring hingga kecamatan Mirit, merupakan kawasan yang banyak ditemukan cekungan-cekungan yang mengandung gas alam. Cekungan itu banyak ditemukan kawasan pesisir selatan Kebumen.
Kendati demikian keberadaannya tidak terlalu dalam. Hal ini terbukti dengan ditemukannya beberapa kasus pengeboran yang menimbulkan semburan gas. Pada tahun 2013 di Desa Meles Kecamatan Adimulyo juga pernah ditemukan semburan gas setinggi 19 meter dari hasil pengeboran sumur. Sayangnya masyarakat sekitar takut untuk menggunakannya sehingga gas dibakar hingga habis. “Sayang sekali padahal gasnya banyak dan tekanannya juga tinggi,” katanya.
Menurutnya, rata-rata masyarakat menggali sumur bor berkisar kedalaman 10 hingga 20 meter. Hal ini masih sangat aman meski pun ditemukan adanya semburan gas. Umumnya masyarakat merasa takut, karena adanya trauma dengan kejadian Lapindo di Sidoarjo. Padahal untuk kedalaman 10-20 meter tidak memungkinkan untuk terjadi bencana seperti Lapindo. “Kalau pengeboran minyak itu mencapai 1000 meter. Kalau untuk sumur bor ya tidak berbahaya,” paparnya.
Saat ini mayoritas masyarakat telah menggunakan gas LPG untuk keperluan sehari-hari. Hal ini membuat masyarakat tidak merasa takut lagi menggunakan bahan bakar gas. Hal inilah yang membuat Soipudin Damas ST mengaku pihaknya berniat melakukan kajian tentang kandungan gas di daerah selatan. Diharapkan jika hal ini berhasil maka akan sangat berguna bagi masyarakat. ”Alat yang diperlukan untuk melakukan kajian adalah Geo Listrik. Yang pasti, ini aman untuk digunakan dan jauh dari bahaya seperti bencana Lapindo,” ucapnya. (mam). (kebumenekspres.com)