TEMPAT RELOKASI BUAYA KALI BODO JADI TONTONAN

AYAH – Komunitas Peduli Lingkungan (KPL) Pansela, menyayangkan penangkapan paksa terhadap anakan buaya muara (crocodylus porosus) oleh warga di Kali Bodo Desa Candirenggo, Kecamatan Ayah. Pasalnya, penangkapan tersebut tidak memenuhi standar penangkapan dan juga dilakukan bukan oleh ahlinya.

“Penangkapan ini kurang baik karena tidak terprogram dan tidak ditangani oleh tim ahli. Artinya ini dapat menciderai buaya itu sendiri,” kata pegiat KPL Pansela, Sukamsi, Rabu (28/10).

Selain itu, penangkapan tersebut dikhawatirkan dapat mengakibatkan buaya indukan menjadi agresif menyerang manusia. Sehingga dapat membahayakan warga sendiri.

“Dengan sifat dan perilaku binatang, saya yakin memiliki perilaku yang sama dengan mahluk laininya. Apabila ada anggota keluarganya hilang maka akan mencarinya. Inilah yang justru menjadi kegelisahan kami, karena saat ini keberadaan buaya-buaya itu sudah terganggu,” sesalnya.

Sukamsi sangat menyayangkan penangkapan paksa tersebut. Karena selama ini, kata dia, baik buaya maupaun masyarakat di tepian sungai tidak pernah ada konflik. “Selama ini merasa damai. Karena belum ada perilaku buaya yang memburu manusia. Jangankan manusia, binatang satu ekor pun belum pernah dimakan oleh buaya-buaya itu,” tegasnya.

Ia juga menyayangkan warga yang tidak sabar menunggu turunnya rekomendasi dari Gubernur Jawa Tengah untuk membentuk Satgas Penanganan Satwa Liar. Padahal sebelumnya tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah, telah melakukan identifikasi terhadap keberadaan buaya-buaya tersebut.

“Sebenarnya persoalan buaya ini kan sudah di tangan tim BKSDA yang melibatkan muspika, polisi, pemerintah desa, LSM dan masyarakat. Ini sudah disepakati, tinggal menunggu pelaksanaan direlokasi. Tapi rupanya ada yang tidak sabar,” ungkapnya.

Hal senada dikatakan petugas Pengendali Ekosistmen Hutan BKSDA Resor Konservasi Wilayah Cilacap, Teguh Arifianto. Teguh mengaku sangat menyesalkan dengan penangkapan itu. Terlebih, saat ini buaya yang berhasil ditangkap dimasukan ke dalam kolam yang tidak memenuhi standar. Sehingga membuat buaya trauma.

“Ini sudah terlanjur terjadi. Kami menginginkan rekomendasi dari gubernur segera turun. Sehingga penanganannya tidak terlambat nantinya. Sehingga tidak ada yang terganggu, baik buaya maupun warga sendiri,” kata dia.

Sementara itu, Kepala Desa Candirenggo, Adi Waluyo, justru mengaku sengaja melakukan penangkapan tersebut. Hal itu agar memancing buaya indukan maupun buaya lainnya keluar dari sarangnya, sehingga mudah dalam penangkapannya.

“Dengan tertangkap yang satu ini, kita bisa gunakan sebagai alat untuk memancing yang lain agar dia bisa terdeteksi. Memang ini sebagai alat untuk menangkap yang lain. Karena seperti buaya maupun harimau memiliki naluri tersendiri mencari keluarganya yang hilang,” ujar Adi Waluyo. (ori/ Radar Banyumas /LintasKebumen©2015)