Petani Dapat Kompensasi Rp 3,7 Juta Tiap Hektare


KEBUMEN - Pemerintah melalui Kementrian Pertanian menyiapkan anggaran untuk memberi kompensasi kepada para petani yang mengalami gagal panen. Besarnya kompensasi sebesar Rp 3,7 juga/hektare. Dari jumlah tersebut, Rp 2,6 juta untuk biaya pengolahan lahan dan Rp 1,1 juta untuk bantuan pupuk.

Menteri Pertanian RI Dr Ir Suswono MMA saat meninjau Laboratorium Lapang SLPTT Kedelai varietas anjasmara di Desa Banjareja, Kecamatan Kuwarasan, Kebumen, baru-baru ini mengatakan, bantuan kompensasi tersebut akan diberikan langsung ke rekening kelompok tani setelah ada usulan dari bupati dan diferivikasi oleh pemerintah provinsi.

"Asal ada laporan, bantuan akan diberikan tanpa ada potongan sedikit pun," tandasnya seraya menyebutkan Kementrian Pertanian menyiapkan anggaran Rp 199 miliar untuk mengganti kerugian bagi petani yang gagal panen.

Lebih lanjut, Suswono menegaskan, meskipun saat ini tengah musim kemarau, namun jumlah lahan petani yang mengalami puso belum signifikan. Adapun dari data yang ada, luas lahan yang gagal panen hanya sekitar 23.000 hektare.

"Dengan demikian dampaknya belum signifikan terhadap produksi beras nasional," ujar Suswono didampingi Dirjen Tanaman Pangan Kementrian Pertanian RI Ir Udhoro Kasih Anggoro MS, Kepala Badan Litbang Pertanian Dr Ir Haryono MSc serta Bupati Kebumen H Buyar Winarso SE.

Belum Tentu Gagal

Menurut Mentan, kekeringan belum tentu gagal panen. Sebab untuk sampai dikategorikan puso jika 75 persen gagal panen. Jika masih di bawah itu masih belum kategori puso.

Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kebumen, Ir Machasin menyebutkan, saat ini pihaknya belum menerima laporan adanya lahan yang gagal panen.

Dia mengakui, ada petani yang pada musim ini yang kurang berhasil. Tetapi tingkat gagal panen masih dibawah 75% sehingga tidak masuk kategori puso.

"Kerusakan tanaman terjadi di spot-spot tertentu. Belum ada laporan dalam satu kawasan terjadi gagal panen sehingga di atas 75%," tandas Machasin.

Dia menyebutkan, saat ini sebagian besar petani padi di Kebumen sudah memasuki masa panen musim tanam II. Hanya saja, petani di wilayah timur dan daerah Bonorawan baru panen. Sebab, mereka relatif terlambat menanam padi karena kondisi lahan yang memiliki banyak air. Sehingga jika menanam lebih awal tanaman mati karena terendam air.

"Sedangkan untuk Kebumen wilayah barat, sekarang ini akna memasuki panen palawija baik kedelai dan kacang hijau," ungkapnya. (J19-28)

sumber : suaramerdeka