DAMPAK KEMARAU PANJANG, 2016 TERANCAM GAGAL PANEN

KEBUMEN – Tanam padi kali ini dipastikan mundur dua bulan dari kondisi normal. Akibatnya, pada tahun 2016 mendatang tidak bisa memenuhi indeks penanaman (IP) 300 persen berupa padi-padi-palawija.

“Paling hanya padi-padi saja. Itu pun pada tanam gadu (taman kedua-Red) terancam gagal panen,” kata Kabid Tanaman Pangan dan Hortukultura dapa Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kebumen, Machasin.

Ancaman gagal panen itu, selain karena waktu yang terbuang juga kurangnya ketersediaan air. Menurut Machasin, tanam gadu itu berlangsung sekitar akhir April 2016. Tanaman itu harus tercukupi air sampai akhir Agustus.

Namun dengan kekeringan yang masih berlangsung saat ini, maka akan memengaruhi kondisi padi yang akan ditanam nanti. Dan padi yang dihasilkan pun menjadi gabuk (bulir tidak berisi gabah). Machasin menyebut dengan istilah gabuk mingkem, di mana kelihatan ada isinya namun di dalamnya kosong.

“Intinya adalah gagal panen,” sambungnya.

Terlebih Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksikan hujan di wilayah Kebumen masih di bawah normal. Itu pun berlangsung pada minggu pertama dan ketiga November di wilayah Kebumen bagian tengah dan selatan. Sehingga bisa dikatakan hingga akhir November masih kemarau. Padahal mestinya, pada awal Desember sudah tutup tanam.

“Untuk kondisi normal, umumnya mulai ada air pada awal Oktober. Dan biasanya pada minggu pertama Oktober sudah hujan,” jelas Machasin sembari menambahkan, dengan kondisi tersebut akan kehilangan waktu dua bulan. Jadi berpengaruh terhadap pola tanam dan dirasakan dampaknya pada 2016 mendatang.

Menunggu Hujan

Machasin yang didampingi Kasi Produksi dan Perlindungan Tanaman Pangan Nasrudin pun mengungkapkan produksi padi tahun ini. Di mana dari hasil dua kali panen tercatat sebanyak 495.848,58 ton gabah kering giling (GKG). Produksi padi tersebut dari luas panen mencapai 75.751 hektare selama dua musim.

“Dan catatannya masih ada yang belum masuk di sawah seluas 3.299 hektare,” jelas Machasin sembari mengatakan, produksi padi tersebut meningkat dibandingkan tahun 2014 yang hanya 448.270,25 ton.

Di kabupaten berslogan Beriman ini terdapat luas sawah 39.748 hektare. Untuk mengantisipasi ancaman gagal panen pada tahun 2016 mendatang, Machasin berharap waktu dua bulan yang terbuang ini bisa dikejar.

’’Sebagai manusia, memang kita tidak punya kekuatan apa-apa untuk menghadapi kemarau panjang. Namun itu bisa disiasati secara bersama-sama oleh pemilik sawah dengan melakukan percepatan tanam. Jika ada air, cepat-cepatlah mengolah tanah dan tanam padi. Upayakan dengan cara sebar pethuk untuk mengejar waktu yang hilang serta kurangnya ketersediaan air,” jelasnya.\

Kepala Bidang Irigasi pada Dinas Sumber Daya Air Energi Sumber Daya Mineral (SDA ESDM) Kabupaten Kebumen Muchtarom mengatakan, irigasi dari Waduk Sempor belum bisa dialirkan. “Kami masih menunggu hujan dan terisi air kira-kira 25 juta m3,” katanya.

Adapun Waduk Wadaslintang mulai dialirkan 16 Oktober untuk saluran induk Wadaslintang Barat. Di sejumlah sungai hingga kemarin masih terlihat kering. Seperti di Sungai Kedungbener yang belum teraliri waduk tersebut. Sementara daerah irigasi Bedegolan akan dialirkan pada 1 November, karena menunggu panen palawija usai. (K5-32/ suaramerdeka.com /LintasKebumen©2015)