SULIT AIR, PETANI SEDOT SUNGAI LUK ULO

KARANGSAMBUNG – Musim kemarau di Kebumen yang hingga pertengahan Oktober 2015 sudah berlangsung hampir 4 bulan lamanya, berdampak semakin menurunkan permukaan air tanah, termasuk sumur yang berada di ladang hortikultura sejumlah desa kawasan pegunungan Kebumen.

Sebagian petani pemilik ladang pun akhirnya harus menyedot air Sungai Luk Ulo untuk menyirami tanaman di ladangnya. Akibatnya, modal usaha bercocok tanam petani setempat di musim kemarau menjadi jauh lebih tinggi dibandingkan musim penghujan.

“Kemarau yang masih berlangsung sampai hari ini menyebabkan air sumur di ladang kami semakin menurun dan tak bisa mencukupi kebutuhan tanaman kami. Kini permukaan air sumur sudah mencapai 5 meter di bawah permukaan tanah. Padahal awal kemarau sekitar awal Juni 2015 lalu, masih 2 meter di bawah permukaan tanah,” ujar Wendo petani Dukuh Sanggrahan Desa/Kecamatan Karangsambung Kebumen, di ladangnya, Kamis (15/10/2015).

Untuk mencukupi kebutuhan air ladang jagungnya, sejak sebulan lalu Wendo harus menyedot air Sungai Luk Ulo yang berjarak 100 meter dari ladangnya. Sedangkan ladang milik petani lainnya ada yang berjarak 200 meter sampai 300 meter dari Sungai Luk Ulo atau butuh pipa pralon penyalur air yang lebih panjang.

Adapun areal jagung Wendo seluas 1.400 meter pesegi itu harus disiram dua minggu sekali. Selama 3 bulan penanaman jagung dilakukan penyiraman 6 kali yang menghabiskan biaya Rp 990 ribu. Agar air bisa bertahan melembabkan tanah selama dua minggu, dilakukan perendaman areal jagung itu dengan air setinggi 3 sentimeter selama 3 sampai 4 jam. (Dwi/ KRjogja.com/LintasKebumen©2015)