Kelangkaan Elpiji Dievaluasi

KEBUMEN – Pemkab Kebumen akan melakukan evaluasi terhadap kelangkaan elpiji saat Lebaran kemarin. Evaluasi yang mengundang perwakilan agen, pangkalan, PT Pertamina serta petugas pengawas bahan bakar minyak dan gas tingkat kabupaten dan kecamatan itu sekaligus mengatur pangkalan di desa-desa.

Pasalnya, penataan dengan ketentuan minimal satu pangkalan di setiap desa itu masih menyisakan sejumlah persoalan. Terutama karena satu desa yang menjadi pusat keramaian wilayah hanya terdapat satu pangkalan, sedangkan desa lain yang penduduknya menggerombol malah melebihi satu pangkalan.

Hal itu ditandaskan Kabag Perekonomian Setda Kebumen, Wahyu Siswanti, saat ditemui Suara Merdeka, kemarin. Menurutnya, desa yang letak geografisnya berjauhan atau terpisah antara satu dusun dengan lainnya akan diatur lebih lanjut agar tidak hanya terdapat satu pangkalan. Ada sebanyak 930 pangkalan di 460 desa.

”Dari jumlah tersebut, maka setiap desa sudah ada pangkalannya,” jelas Wahyu.

Terkait dengan hilangnya elpiji 3 kg di lapangan saat Lebaran kemarin, Wahyu yang telah menyiapkan langkah dengan melakukan evaluasi itu berpendapat karena pembeli mengalami kepanikan. Ini dibuktikan dari perilaku konsumen yang membeli 3 – 4 tabung per orangnya.

Kondisi itu pun menjadikan harga melambung. Padahal sudah terdapat SK bupati yang mengatur harga eceran tertinggi (HET) di tingkat konsumen Rp 18 ribu. Namun kenyatananya sampai Rp 35 ribu per tabung. Adapun HET di tingkat agen yang menjual ke pangkalan Rp 15.500 per tabung.

”Memang ketika ada moment tertentu harga tidak terkendali. Dan dalam Minggu ini akan kita evaluasi,” imbuhnya. Saat Lebaran kemarin, terdapat kenaikan 3,5 kaIi dari kebutuhan harian sebanyak 25 ribu tabung. Misalnya untuk satu bulannya ditambah tiga hari plus setengah hari.

Dan pada Juni ditambah 150 persen, sedangkan Juli 300 persen. ”Pas Lebaran kita minta ditambah lagi 12 persen dari alokasi normal,” kata Wahyu sembari menambahkan, untuk Agustus ini kebutuhan elpiji 3 kg kembali normal.

Lebihi Kuota

Lebih lanjut, usulan tahun 2015 sebanyak 8.272.680 tabung. Jumlah tersebut mengalami kenaikan 10,23 persen dari usulan tahun 2014. Dan realisasi pada tahun ini sebanyak 7.527.522 tabung, sehingga per bulannya terealisasi 627.293 tabung. Jika dibagi selama hari kerja, yakni 26 hari, terdapat 25 ribu tabung per hari.

Hingga menjelang jelang Lebaran terdapat kenaikan 3,5 kali dari 25 ribu tabung. Sebelumnya saat menjelang puasa juga ada kenaikan 100 persen. Artinya, kenaikan tersebut telah melebihi kuota. Sehingga, dengan terjadinya kelangkaan elpiji 3 kg saat momen tertentu, Wahyu mengimbau agar peruntukannya sesuai ketentuan yang ada.

Dikatakan Wahyu, elpiji 3 kg itu diperuntukkan bagi rumah tangga yang penghasilannya di bawah Rp 1,5 juta. Mestinya, kata Wahyu, pendistribusiannya dilakukan secara tertutup. Misalnya hanya orang yang memiliki kartu saja yang bisa membeli bahan bakar memasak tersebut.

Sayangnya, selama ini, distribusi elpiji 3 kg belum tertutup, sehingga semua lapisan masyarakat dapat membelinya. Sejumlah daerah diakui Wahyu sudah ada yang menerapkan distribusi tertutup, seperti Solo.

Namun dalam praktiknya masih sulit dilakukan. Sehingga dalam penerapan di Kebumen akan dibahas lebih lanjut secara bersamasama. Selama ini, di Kebumen hanya sebatas edaran bupati yang melarang kalangan bisnis, restoran, TNI, Polri, dan PNS untuk membeli gas tersebut.

Sementara itu, anggota Komisi B DPRD Kabupaten Kebumen dari Fraksi PKS Ermi Kristanti jauh-jauh sebelumnya telah mengusulkan agar pendistribusian elpiji 3 kg dilakukan secara tertutup menggunakan kartu. ”Kalau itu diberlakukan (sistem pendistribusian tertutup-red), maka akan lebih tertib,” katanya. (K5-78/ suaramerdeka.com /LintasKebumen©2015)

 

https://lintaskebumen.wordpress.com/2015/08/11/kelangkaan-elpiji-dievaluasi/