Disayangkan Kebumen Tak Punya Ikon Hijab
KEBUMEN – Sebagai kota Beriman, Kebumen semestinya memiliki ikon hijab yang menjadi acuan perkembangan mode busana muslim di Tanah Air, bahkan dunia. Hal ini sekaligus menjadi peluang usaha di tengah menjamurnya bisnis waralaba busana muslim di kabupaten berpenduduk 1,3 juta jiwa itu.
“Karena itu sangat disayangkan jika Kebumen tak punya ikon hijab,” kata pemilik Griya El Zatta Jalan Ahmad Yani Nomor 6 Kebumen, Supriyadi. Untuk diketahui, saat ini di setiap sudut jalan strategis terdapat toko yang membawa merek tertentu.
Seperti El Zatta, Robbani, Zoya, dan Dauky. Busana muslim itu pun kian digandrungi masyarakat, menyusul semakin mudahnya konsumen mendapatkan busana bermerk terkenal. Bagi Supriyadi yang tergolong pengusaha pemula, dengan nebeng merk terkenal, dia menjadi terbantu untuk menjalankan usahanya.
“Apalagi untuk membentuk branded baru itu tidak gampang,” katanya. Kendati, lanjut pria sal Desa Jatisari, Kecamatan/Kabupaten Kebumen itu, untuk membuat mode hijab atau busana muslim berkelas nasional maupun internasional bisa dilakukan pengusaha konfeksi Kebumen.
Terlebih, untuk peci sendiri yang dipakai kaum muslimin telah diproduksi para perajin di Bandung Sruni, Kebumen dan telah merambah pasar luar negeri, seperti Arab Saudi, Pakistan, dan India.
Berbagai kalangan pun berharap agar hijab juga diproduksi dari Kebumen. Seperti yang diungkapkan Naila (25), warga Tamanwinangun yang memiliki koleksi hijab hingga ratusan potong. Dikatakannya, ada kebanggaan tersendiri dengan berhijab. Apalagi dari produk sendiri.
Merk Ternama
Menurut Supriyadi, untuk membangun merk agar bisa melekat di hati masyarakat dan mudah dijual memang perlu waktu lama, biaya besar dan strategi pemasaran yang jitu. Seperti berbagai merk minuman mineral yang oleh masyarakat tetap identik dengan Aqua.
Padahal minuman mineral itu muncul berbagai merk. Begitu juga untuk busana muslim yang kini sudah melekat El Zatta hijab. Ia yang membuka dagangan di tempat yang hanya berukuran 5×3 meter itu pun menjadi buruan konsumen. Apalagi pada Ramadan ini.
Dan diperkirakan jumlah konsumen yang datang untuk membeli busana muslim merk tersebut bertambah banyak. Diakuinya, segmen pasar di Kebumen terkait busana muslim cukup tinggi. Terlebih, orang yang berhijab di kabupaten Kebumen mencapai 80 persen. Bahkan anak-anak sekolah umum yang berhijab saat ini bisa mencapai 90 persen. Terutama kalangan anak-anak SD hingga SMA.
“Ini kan peluang yang harus ditangkap pengusaha konfeksi,” imbuhnya. Untuk model hijab, antara lain bergo, scarf, dan pashmina. Dan kecenderungan masyarakat Kebumen lebih melirik busana muslim yang bermerk. Karena itu, Supriyadi yang nebeng merk terkenal itu pun akan membuka griya busana muslim lagi.
Tentunya sambil memancing pengusaha konfeksi untuk berlomba membuat mode busana muslim yang mengikuti mode nasional dan internasional. “Dan saya yakin pengusaha konfeksi lokal bisa,” imbuh pria asal Desa Jatisari, Kecamatan/Kabupaten Kebumen itu. (K5-32/suaramerdeka.com/LintasKebumen©2015)