Mengenal Sisi Lain dari Gunung Paras
KARANGSAMBUNG – Bagi warga kecamatan Karangsambung dan Sadang, Gunung Paras sudah tak asing lagi. Gunung Paras yang merupakan sebuah bukit ini menjulang cukup tinggi di perbukitan utara Kebumen. Secara administratif Gunung Paras berada di perbatasan Desa Karangsambung,Totogan, Langse, Baniara di Kecamatan Karangsambung dengan Desa Pucangan di Kecamatan Sadang.
Gunung berketinggian 510 meter diatas permukaan air laut ini ditumbuhi hutan pinus yang berjajar disegenap tubuh hingga puncaknya yang panjang berarah barat – timur. Sementara lahan persawahan subur menghidupi masyarakat dikaki bukit. Pemandangan yang indah akan didapati saat berada di puncak.
Terlebih saat fajar menjelang, Gunung Sumbing dan Sindoro akan terlihat menjulang diarah timur laut. Cekungan Karangsambung, Bukit Brujul, Buit Waturanda, Lembah Sadang serta Sungai Luk Ulo juga akan terlihat. Tak kalah indah lekukan perbukitan Sadangkulon – Kedunggong yang khas dengan perbukitan prismatik dikerubuti pohon pinus perhutani yang rapat dan hijau.
Situs Geologi
Berada di kawasan Cagar Alam geologi Karangsambung, Gunung Paras menjadi salah satu situs geologi penting. Gunung Paras berada dalam morfologi tersier. Terlihat berupa rangkaian perbukitan teratur yang membujur ke arah timur. Puncak-puncaknya antara lain Gunung Paras, Prau, Tugel, Dliwang dan Sirangkok.
Perbukitan ini tersusun oleh batuan sedimen breksi vulkanik formasi Waturanda yang berumur Miosen awal (15 juta tahun). Sementara pada puncak Gunung Paras menunjukkan struktur sinklin yang berada dibagian utara cekungan morfologi amphiteatre Karangsambung. Sungai yang berhulu di Gunung Paras antara lain Sungai Panjul, Kayen, Jebug, Wuluh, Mandala, Salak, Sana dan Pelikon.
Pertempuran Karangsambung
Dalam sejarah Kebumen, Gunung Paras memiliki peran penting dalam peristiwa pertempuran Karangsambung pada tahun 1831. Saat itu Belanda melakukan penyerbuan ke pertahanan Panjer yang telah pindah di Karangsambung. Pasukan Belanda lalu menuju ke Kali Gending dan terjadilah pertempuran dengan pasukan Panjer.
Banyak prajurit dari pihak Belanda tewas bergelimpangan. Merasa kalah, pihak Belanda mendatangkan bala bantuan dari Gombong hingga keadaan berbalik. Pasukan Panjer yang dipimpin Ki Hajar Welaran dan Ki Endang Kertawangsa pun mundur dengan bertahan di Gunung Paras. Hingga akhirnya Pasukan Panjer kembali menguasai peperangan dan pertempuran berakhir secara keseluruhan pada tahun 1832. (LintasKebumen©2015)