Petani Pegunungan Kebumen Enggan Gunakan Traktor

KARANGSAMBUNG – Para petani di wilayah pegunungan Kebumen hingga kini masih banyak yang enggan menggunakan traktor dalam mengolah lahan sawah mereka. Untuk keperluan pengolahan lahan sawah di awal musim tanam padi, mereka tetap  bertahan menggunakan bajak sapi atau kerbau.

“Meskipun menggunakan traktor lebih cepat, namun dengan pertimbangan tertentu banyak petani di desa kami dan desa-desa tetangga yang tetap fanatik menggunakan bajak sapi atau kerbau. Namun mengingat saat ini kerbau sudah sangat jarang diternakkan, maka kebanyakan digunakan sapi sebagai penarik bajak,” ungkap Rasimin, petani Desa Langse Kecamatan Karangsambung Kebumen, di sawahnya, Senin  (27/04/2015).

Selain di Langse dan desa-desa lain di Kecamatan Karangsambung, penggunaan bajak sapi atau kerbau juga masih banyak ditemui di desa-desa Kecamatan Sadang dan Karanggayam. Kendati sudah banyak warga desa-desa itu yang memiliki traktor, namun sebagian petani lebih suka memilih bajak sapi atau kerbau.

Penyebab keengganan petani wilayah pegunungan menggunakan traktor dalam mengolah sawahnya, menurut Wahono, rekan Rasimin, karena hasil kinerja traktor mereka anggap tak optimal dalam mengolah lahan yang kondisi medannya turun naik.

” Menurut kami traktor kurang bagus dalam mengolah tanah yang agak menanjak atau di bagian yang menikung. Sedangkan sapi atau kerbau punya kelebihan tersendiri karena injakan kakinya mampu yang mengolah lahan secara mantap,” jelas Wahono.

Adapun kekurangan bajak sapi atau kerbau menurut Wahono adalah tak bisa diforsir untuk bekerja selama sehari penuh. “Para pemilik sapi atau kerbau membatasi penggunaan sapi atau kerbau mereka dalam membajak sawah, hanya 6 sampai 7 jam per hari. Kasihan kalau hewan-hewan ini dipaksa kerja sehari penuh. Adapun sewa bajak sapi atau kerbau selama 6 atau 7 jam adalah Rp 70 ribu,” ujar Wahono.(Dwi)

 

sumber : KRjogja.com