Metode Hidroponik, Belum Banyak Ditekuni
KEBUMEN- Kendati sudah banyak orang yang mengenal seluk-beluk hidroponik sebagai sebuah sistem bercocok tanam yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan sistem konvensional, namun kenyataan masyarakat hingga kini belum banyak yang mau serius menekuninya.
“Profesi sebagai petani hidroponik rupanya belum banyak dilirik orang dinegeri kita ini. Padahal secara ekonomi pertanian hidroponik sangat menguntungkan. Bahkan, jenis-jenis tanaman pegunungan seperti selada keriting dan sawi caisim bisa tumbuh bagus di daerah panas bila menggunakan sistem ini," papar Nanang Sulaksono, petani hidroponik di Desa Karangsari Kecamatan/Kabupaten Kebumen, Rabu (18/03/2015).
Nanang, anggota Komunitas Hidroponik Kebumen 'High Men' mengungkapkan, ada sejumlah kriteria agar usaha hidroponik mampu memberikan keuntungan secara ekonomi. "Nilai ekonomi dari usaha ini sudah bisa diperoleh dengan luas lahan hanya100 meter pesegi saja. Luas minimal ini bisa diupayakan dengan sistem vertikal atau bertingkat maupun horisontal. Sedangkan jumlah tanaman minimalnya seribu titik," ujar Nanang.
Luas lahan dan jumlah tanaman minimal itu menurut Nanang hanyalah contoh praktis saja untuk mereka yang ingin memulai usaha ini. Untuk selada keriting misalnya, 1.000 titik tanaman bisa menghasilkan 90 sampai 125 kilogram panenan dengan harga Rp 15 ribu/kilogram, dengan keuntungan bisa mencapai ratusan persen. Setelah usaha berjalan dan pemasaran hasil panen lancar, maka untuk meningkatkan penghasilan luas lahan pun bisa ditambah.(Dwi) (KRjogja.com)