Impor Gula, Petani 'Emoh' Tanam Tebu
KEBUMEN - Kebijakan impor gula ternyata mengimbas ke petani tebu pesisir Kebumen di Kecamatan Mirit, Ambal, Buluspesantren, Petanahan dan Puring. Sebagian besar petani mundur dari keikutsertaan penanaman tebu untuk program swasembada gula nasional setelah tebu dihargai rendah oleh pabrik gula.
"Saat panen tebu tahun lalu, petani terkejut karena pabrik gula hanya membeli tebu mereka Rp 8.250,- per kilogram. Padahal tahun 2013, harga belinya masih Rp 10.500,- per kilogram. Rasa Kecewa itu menyebabkan mayoritas petani mundur dari program tersebut karena tipisnya keuntungan. Mereka pun lebih memilih bertani tanaman hortikultura lain yang lebih menguntungkan," ungkap Bagus Wirawan, Kepala Desa Lembupurwo Kecamatan Mirit Kebumen, di lahan tebunya, Minggu (25/01/2015).
Selain rendahnya harga tebu, petani juga kecewa dengan pemberitahuan pabrik gula bahwa rendemennya rendah, hanya 6 sampai 6,5, meskipun petani sudah menaati standar budidaya yang diatur pabrik. Di tahun-tahun sebelumnya, hasil rendemen bisa mencapai 7 dan 7,5. Penentuan rendemen tertutup oleh pabrik, petani tak boleh melihat langsung pengujian rendemen tebu di dalam pabrik memantapkan petani untuk mundur sejak musim tanam tebu di bulan Mei dan September 2014.
Dari ratusan petani tebu di Kecamatan Mirit, kini hanya Bagus yang bertahan menanam tebu di lahan bengkok 25 hektar, terdiri dari bengkok di Lembupurwo dan menyewa lahan bengkok Kepala Desa Wiromartan, Tlogopragoto dan Mirit Petikusan. (Dwi) (KRjogja.com)