Perajin Diminta Buat Paguyuban ; Penyeragaman Harga Genting Sokka

KEBUMEN – Meredupnya ikon genting Sokka di Kebumen mengundang keprihatinan berbagai kalangan. Namun untuk mengatasi masalah itu bukan perkara gampang.

Terlebih jika dihadapkan pada bahan baku dan bahan bakar yang sulit didapat dan persaingan dengan genting pabrikan. Belum lagi persaingan antara perajin genting bermodal besar dengan perajin genting bermodal kecil. “Menghadapi persaingan dengan perajin genting besar saja kami tidak kuat,” kata Slamet Solikhun (54), warga Sruweng, Kebumen.

Menurut dia, harga produk masing-masing perajin genting berbeda. Harga yang acapkali terpaut cukup jauh itu menjadikan persaingan antarperajin genting menjadi tidak sehat. Misalnya, genting Sokka jenis Morando yang harganya Rp 5.500 per biji, di perajin lain ada yang Rp 4.250 per biji. Kondisi tersebut yang menjadikan pembeli merasa dipermainkan.

Pasalnya, di saat satu pembeli mengatakan harganya sekian rupiah, justru konsumen lain bisa membeli dengan murah. Karena itu, Slamet Solikhun yang menjalani usaha sebagai perajin genting lebih dari 9 tahun itu meminta agar perajin genting Sokka membuat paguyuban. Solusi Bersama “Ini untuk menyeragamkan harga dan mencari solusi bersama- sama agar ikon genting Sokka di Kebumen tidak punah,” imbuhnya.

Lebih lanjut, semangat untuk membuat paguyuban itu harus dilandasi kebersamaan membangun dengan melibatkan pihak terkait. Terutama dengan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pengelolaan Pasar (Disperindagsar) Kabupaten Kebumen. Semangat kebersamaan membangun itu bukan untuk menyalahkan satu sama lain.

Termasuk jangan menyalahkan kebijakan berbagai proyek pembangunan yang lebih memilih genting pabrikan ketimbang genting lokal di kabupaten berslogan Beriman ini. Dan rupanya, para perajin harus berjuang keras, karena Disperindagsar hanya bisa membantu dalam segi promosi, seperti yang disampaikan Kabid Perdagangan pada Disperindagsar Kabupaten Kebumen, Sri Wahyuroh.

Dalam pemasaran produk genting Sokka pun, Disperindagsar lebih fokus untuk menggarap potensi kerajinan makanan. Hal itu juga sudah dipetakan pemerintah provinsi Jawa Tengah, di mana produk dari Kebumen yang memiliki kualitas ekspor itu, yakni kerajinan makanan. “Karena itu kami fokus ke sana (kerajinan makanan), belum ke genting Sokka,” kata kemarin. (K5-32)

 

sumber : suaramerdeka.com