Tanaman Semangka Menghilang Dari Pesisir Selatan Kebumen

KEBUMEN- Sejak Januari 2014 lalu tanaman semangka menghilang dari lahan pasir di pesisir selatan Kebumen. Sejauh-jauh mata memandang hamparan lahan yang dinamai kawasan Urut Sewu itu, tak dijumpai sedikitpun tanaman semangka. Hanya semak-semak yang memenuhi hamparan lahan itu.

"Akibat kondisi cuaca yang tak menentu, sejak selesai panen semangka pada November 2013 lalu, saya memang memutuskan untuk membiarkan lahan saya menganggur. Sementara berhenti dulu menanam semangka," ungkap Ny Mulyono (50), petani semangka Desa Setrojenar   Kecamatan Buluspesantren   Kebumen, saat mencari rumput untuk ternak kambingnya di lahannya, Kamis  (13/03/2014).

Kondisi cuaca musim penghujan kali ini menurut Ny Mulyono diwarnai dengan turunnya hujan yang seringkali diselingi dengan panas yang terik selama berhari-hari. Kondisi cuaca seperti itulah yang membuat pertumbuhan buah semangka tidak maksimal. Juga, menyebabkan  munculnya hama uret yang menyerang akar. Apalagi, ditambah hembusan kencang angin laut yang mempengaruhi perkembangan bunga dan buahnya.

"Akibatnya, saat panen semangka tiba, berat satu buah semangka rata-rata hanya mencapai  5 kilogram saja. Bahkan, banyak yang di bawah 5 kilogram. Dengan modal Rp 10 juta, saat panen saya hanya mendapatkan Rp 7 juta saja," jelas Ny Mulyono.

Akibat kondisi cuaca yang merugikan petani semangka itulah sebagian besar petani semangka Urut Sewu di Kecamatan Buluspesantren, Ambal dan Mirit   Kebumen kini memutuskan untuk  menunda menanam semangka sampai datangnya musim kemarau, di bulan Juni atau Juli 2014 mendatang. Mengingat, besarnya modal uang dan tenaga yang harus dicurahkan untuk budidaya semangka.
" Ternyata ketakutan petani untuk menanam semangka pada musim penghujan kali ini berakibat petani pun takut menanam melon karena biaya menanam melon lebih besar dari semangka," ujar Sarwidi (40), petani Desa
Entak Kecamatan Ambal Kebumen. (Dwi) (KRjogja.com)