Genteng Sokka Terancam Punah ; Separuh Perajin Bangkrut

KEBUMEN – Genteng Sokka yang lekat dengan Kebumen terus meredup. Padahal selama ini masyarakat luar daerah lebih mengenal Kebumen dengan genteng Sokka-nya.

Di Kebumen terdapat ratusan perajin genteng dengan ribuan pekerja yang tersebar di sejumlah kecamatan, antara lain Petanahan, Klirong, Pejagoan, Sruweng, dan Kecamatan Kebumen.

Namun hampir 50 persen para perajin genteng itu sudah gulung tikar. Bahkan untuk genteng Jawa yang proses produksinya menggunakakan tenaga kuda sudah hilang sejak tahun 1987. Kini, genteng Sokka yang sempat mengalami kejayaan di era 1990-an itu pun terancam lenyap dari peredaran. Tugiman (56), salah satu perajin genteng Sokka asal Desa Tanjungsari, Kecamatan Petanahan mengaku sudah menghentikan produksinya sejak dua tahun silam. Kini bapak lima anak itu beralih profesi sebagai petani penggarap. “Kondisinya terlalu berat, karena bahan baku dan biaya produksinya terlalu tinggi. Sementara di pasaran sudah lesu lantaran kalah bersaing dengan produk genteng pabrikan,” katanya.

Perajin genteng lainnya yang masih berproduksi sekalipun, ternyata sekarang juga merasakan lesunya pasar. Terbukti, produksi genteng Sokka masih menumpuk lantaran belum laku. Seperti yang terlihat di sepanjang Jalan raya Pejagoan Kebumen. Hal tersebut diperparah dengan kondisi musim saat ini yang kerap hujan. Di mana bahan baku dan bahan bakarnya menjadi sulit didapat, proses produksinya memakan waktu lama, pdahal permintaan genteng berkurang. Terancam Punah Permintaan selama ini dari Semarang dan Tasikmalaya. “Bahkan pada bulan-bulan ini sering tidak ada permintaan sama sekali,” Ludiyono (60), perajin genteng asal Desa Kedawung, Kecamatan Pejagoan.

Jika kondisi ini berlangsung terus menerus, maka tidak menutup kemungkinan ikon genteng Sokka akan punah. Anggota DPRD Kabupaten Kebumen, Suhartono berharap ada keterlibatan dari para pemangku kebijakan untuk mengatasi hal tersebut. “Kondisi seperti ini jangan dianggap remeh, karena menyangkut nasib ribuan tenaga kerja yang terancam menganggur,” kata politisi PAN ini.

Pihaknya pun mengusulkan agar dalam pembangunan proyek Pemkab menggunakan spesifikasi genteng lokal dengan memenuhi kualitas SNI. Jika dalam pelaksanaannya menggunakan konstruksi baja ringan, misalnya, maka harus bisa menopang genteng Sokka. Ke depan dinas terkait juga harus mendorong agar kerajinan genteng di Kebumen menjadi industri rakyat dengan teknologi tepat guna. Terpisah, Kabid Perdagangan pada Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pengelolaan Pasar (Disperindagsar) Kabupaten Kebumen Sri Wahyuroh mengemukakan, hanya bisa membantu dalam segi promosi. “Kalau bisa dikejar dalam segi lain, maka kualitas genteng yang dibuat itu perlu dibuat seringan dan setipis mungkin, namun tetap kuat,” jelasnya.

Tujuannya, kata Sri, agar lebih praktis dan bisa bersaing dengan genteng buatan pabrikan. (K5-32)

 

sumber : suaramerdeka.com