Babat Kuburan Awali Selamatan Bumi

SEMPOR – Warga Desa Bonosari, Kecamatan Sempor, Kebumen masih memang teguh adat dan tradisi yang yang diwariskan para leluhur. Salah satunya tradisi selamatan bumi yang digelar setiap bulan Suro pada penanggalan Jawa. Selamatan bumi diawali dengan babat kuburan, yakni bekerja bakti membersihkan makam para leluhur.

Setelah itu, acara dilanjutkan dengan kenduren yang digelar secara bersamaan di empat RW di wilayah desa setempat. Doa bersama juga dilaksanakan di lokasi yang disebut penembahan adipati, tempat yang disakralkan warga desa setempat.

Dalam acara kenduren, setiap keluarga membawa makanan lengkap dengan lauk pauk. Makanan yang ditempatkan di sebuah wakul tersebut kemudian ikut didoakan. Setelah acara doa bersama selesai, nasi kemudian dicampur dan dibagi kembali.

Warga pun saling bertukar makanan untuk kemudian dibawa pulang. Selain kenduren, selamatan bumi dimeriahkan dengan pesta rakyat. Pada siang hari, kesenian kuda kepang menghibur warga desa. Sejumlah tamu undangan pada acara itu tampak antusias.

Bahkan sebagian ikut menari dengan para seniman kudang kepang. Tidak cukup itu saja, pada malam harinya hiburan dilanjutkan dengan pergelaran wayang kulit semalam suntuk.

Pergelaran wayang yang menghadirkan dalang Ki Sunarko Hadi Warsono dari Kutowinangun tersebut membedah lakon Semar Sang Pamomong. Seluruh warga tampak antusias mengikuti rangkaian tradisi yang setiap tahun dilaksanakan tersebut.

Kepala Desa Bonosari Darsono mengatakan, digelarnya selamatan bumi sebagai bentuk wujud rasa syukur kepada Tuhan atas apa yang telah diberikan melalui kesuburan bumi. Selain itu, dengan berdoa bersama warga mengharapkan masyarakat terhindar dari bencana alam.

“Selamatan bumi adalah simbol dari merawat bumi. Selain melalui ritual dan doa juga ditindaklanjuti dengan karya nyata, sehingga bumi tetap subur dan masyarakat menjadi makmur,” ujar Darsono kepada Suara Merdeka, Senin (10/10).

Kearifan Lokal

Yang menarik, dalam acara selamatan bumi tersebut mengundang komunitas Bernyanyi sambil Beramal atau yang populer dengan nama B’NB Community. Memang Desa Bonosari merupakan binaan komunitas yang diprakarsai Ny Sri Suratmi tersebut.

Belum lama ini, komunitas ini juga menggerakkan warga Desa Bonosari untuk menanam pohon kemiri dan pohon jenis lain. “Saya melihat tradisi selamatan bumi sebagai acara budaya yang kaya dengan makna filosofis.

Bagaimana kearifan lokal masyarakat untuk mencintai bumi, merawatnya dan mendoakan melalui prosesi ritual,” ujar Sri Suratmi yang mengikuti kenduran di tiga tempat. Melalui acara selamatan bumi tersebut, tampak sisi kegotong-royongan masyarakat yang masih kental.

Hal ini jauh berbeda dengan masyarakat di perkotaan yang sudah individualistik. “Kegotongroyongan inilah yang patut dilestarikan. Zaman boleh semakin modern, namun kearifan lokal jangan sampai luntur,” ujarnya. (J19-32)

sumber : suaramerdeka.com