Nelayan Berburu Lobster dan Rajungan

KEBUMEN – Cuaca ekstrem di perairan Samudera Hindia masih belum menguntungkan bagi nelayan di pesisir selatan Kebumen. Ombak tinggi yang disertai angin kencang sangat membahayakan keselamatan para pencari ikan. Meski demikian, sebagian nelayan di Kecamatan Ayah, Kebumen masih nekat melaut. Sebagian nelayan berburu rajungan dan lobster ikan di pinggir pantai. Nelayan yang melaut mendapatkan hasil tangkapan berupa rajungan yang terjual dengan harga antara Rp 45.000-Rp 46.000/kg. Sedangkan lobster merah harganya mencapai Rp 250.000-Rp 350.000/kg, dan lobster hijau Rp 250.000-Rp 450.000/kg. Paling tinggi lobster mutiara tembus hingga Rp 600.000-Rp 1 juta.

Mujimin (40) salah satu nelayan mengatakan, panen lobster sudah berlangsung sejak dua pekan terakhir. Dalam sekali tangkapan, nelayan paling sedikit membawa pulang lobster seberat dua kilogram. Meski hasil tangkapan tak sebanyak saat menangkap ikan, namun, dari sisi pendapatan lebih menguntungkan. “Jika dilihat dari harganya, lobster mutiara lebih mahal, karena dijual sampai Rp 1 juta/kg,” ungkap Mujimin.

Tekan Operasional Selain nilai ekonomi lebih tinggi, jarak dan waktu tangkapan lebih pendek. Hal tersebut berdampak terhadap biaya operasional yang dikeluarkan untuk melaut bisa lebih ditekan lagi. Lobster banyak tinggal di karangkarang, sehingga fokus pencarian tidak jauh-jauh dari bibir pantai. Otomatis itu bisa menekan biaya beroperasi, apalagi saat ini BBM harganya naik. Sementara itu, sebagian nelayan lain memilih bekerja menggarap sawah meskipun pekerjaan utama mereka tetap sebagai nelayan. Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kebumen, Saman memperkirakan bulan Februari mendatang kondisi ombak cenderung stabil, sehingga para nelayan baru bisa beraktivitas seperti biasa. Saat ini, dengan ombak 3,5 meter dengan arus bawah yang cukup kuat tidak banyak nelayan yang berani mengambil risiko. (J19-78)

sumber : suaramerdeka.com