Ekspor Gula Kelapa Kebumen Terkendala Kebiasaan
KEBUMEN - Nira yang saat disadap ditampung dengan barang bekas bahan kimia seperti kaleng cat merupakan salah satu kendala gula kelapa Kebumen susah diekspor.
"Untuk keperluan ekspor gula kelapa persyaratan yang dibutuhkan ternyata cukup banyak. Tak hanya kualitas bahan baku dan proses pembuatannya yang bersifat organik atau tak menggunakan pupuk dan pengawet kimia, namun kebersihan peralatan dan dapurnya juga sangat mempengaruhi kepercayaan 'buyer'," ujar Ketua Forum Kajian Usaha Ekonomi Kerakyatan (FKUEK) Kebumen, Titi Sutrisno SE, di ruang kerjanya, Senin (17/11/2014).
Menurut Titi kaleng cat bekas asalkan dicuci bersih sebelum digunakan sebenarnya tak masalah. Namun ada sebagian orang atau 'buyer' yang berasumsi bahwa kaleng cat bekas tak layak untuk dijadikan wadah bahan makanan atau minuman, karena khawatir sisa-sisa cat mencemari bahan makanan atau minuman itu.
"Jadi sebaiknya kita jangan menyalahkan pendapat semacam itu.Lebih baik menggantinya dengan wadah lain yang dipandang layak," harap Titi.
Selain kaleng cat, bumbung bambu yang rentan terkena jamur, peralatan memasak dan alat cetak gula serta dapur yang kotor dan berlantai tanah juga merupakan faktor-faktor penyebab kegagalan ekspor gula. Sebab, sering 'buyer' turun langsung ke lokasi pembuatan gula dan melihat proses pembuatan gula.
"Bila melihat kondisi peralatan dan tempatnya tak menjanjikan kebersihan, bisa saja ia langsung membatalkan kontrak ekspor," kata Titi.
Kabid Perindustrian Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pengelolaan Pasar Kebumen, Ir Bambang Sunaryo, ketika dikonfirmasi menjelaskan bahwa tempat nira yang berstandar ekspor terbuat dari aluminium berkualitas bagus. Pengadaannya selama ini oleh Kementrian Perindustrian namun jumlahnya masih terbatas sehingga belum semua perajin gula Kebumen menerima pembagiannya.
"Perajin juga akan terus kami bina agar mau menjaga kebersihan dapur dan peralatan memasak gulanya," kata Bambang. (Dwi)