Hidup Damai Bersama Ular Phyton
KEBUMEN, – Bagi sebagian besar orang, ular phyton merupakan binatang melata yang sangat ditakuti. Tak jarang binatang ini terpaksa dibunuh lantaran dinilai membahayakan keselamatan jiwa. Tetapi itu tidak berlaku bagi Wanto Goweng (42). Warga Desa Kaliputih, Kecamatan Kutowinangun, Kebumen itu justru memeliharanya dengan kasih sayang.
Tak tanggung-tanggung, Wanto yang suka terhadap ular sejak kecil memiliki koleksi sekitar 18 ular phyton raksasa. Ular-ular tersebut ditempatkan di kadang khusus. Bahkan salah ular terbesar yang dimiliki ada yang memiliki bobot nyaris 2 kwintal.
Menurut penuturannya, Wanto senang dengan ular sejak kecil. Akan tetapi, laki-laki bertato itu mulai memelihara ular secara serius sejak 1998. Saat itu dia tengah berjalan di hutan di desanya tiba-tiba menemukan ular jenis phyton yang masih bayi. “Ular itu saya ambil dan pelihara serta saya bawa kemana pun saya pergi,” ujar Wanto kepada wartawan di rumahnya, Selasa (7/10).
Ya, Wanto saat ini tidak hanya memelihara satu ekor ular saja. Ada ratusan ular dipelihara di rumahnya. Dia menangkar ular phyton karena prihatin banyaknya ular yang diburu dan dipotong untuk makanan atau kulitnya dijadikan bahan kerajinan.Ratusan Juta Akhirnya dia menangkar ular phyton di rumah. Dengan ketlatenannya, Wanto yang dibantu istrinya Krisyuli serta rekannya Julmanto memelihara. Ularnya pun berkembang biak menjadi banyak. Saat ini ular hasil tangkaran sudah dijual ke berbagai daerah di jawa bahkan hingga ke luar negeri.
Karena dipelihara sejak kecil, menurut Wanto, ular-ular miliknya sudah jinak. Tidak jarang ular-ular tersebut dikeluarkan untuk diajak bermain. Sejumlah tetangganya pun tampak antusias bermain dengan hewan yang sebenarnya cukup ganas tersebut. “Ular ini sudah jinak,” ujarnya sembari aksi tidur bersama belasan ular di kandanganya.
Wanto mengaku, ular koleksinya yang paling besar pernah ditawar hingga ratusan juta. Namun begitu, dia enggan untuk menjualnya dengan alasan sudah terlanjur sayang dan menganggapnya seperti keluarga sendiri. “Sejak kecil saya rawat jadi seperti keluarga sendiri. Takutnya setelah dijual ularnya dipotong, atau tidak terurus kan kasihan,” ujarnya.
Memelihara ular, kata dia tidak sama dengan memelihara binatang lainnya. Dalam seminggu paling tidak, dia menyediakan puluhan ekor ayam untuk pakan ular-ular peliharannya. Pria yang sehari-hari bekerja sebagai buruh srabutan itu didukung
warga sekitar. Bahkan saat dia kesulitan membeli makan, warga pun ada membantu. Saat ini rumah Wanto setiap hari ramai didatangi tetangga. Pengunjung juga berasal dari pelajar SD dan SMP hingga komunitas pecinta ular. (Supriyanto/CN39)suaramerdeka.com