Dengarlah, Alunan Musik Nan Indah dari Para Tunanetra di Kebumen
KEBUMEN - "Tak ada manusia yang terlahir sempurna. Jangan kau sesali segala yang telah terjadi. Kita pasti pernah dapatkan cobaan yang berat. Seakan hidup ini tak ada artinya lagi. Syukuri apa yang ada hidup adalah anugerah. Tetap jalani hidup ini melakukan yang terbaik".
Lirik lagu "Jangan Menyerah" yang dipopulerkan oleh grup band D'Masiv itu mengalun indah dari sebuah Sekolah Luar Biasa (SLB) Putra Manunggal Gombong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Sabtu (7/6/2014) lalu. Lagu itu seakan mengisyaratkan jika para siswa berkebutuhan khusus ini harus kuat menghadapi cobaan yang ada.
Di salah satu ruangan sederhana yang berada di sekolah tersebut, bait demi bait lagu dengan iringan intrumen alat musik yang dimainkan para siswa tunanetra yang menamakan grup musiknya tersebut dengan nama 'Netra Band' terus mengalun indah, salah satunya personil adalah Febri Rizqian Ramdhan (20), meskipun memiliki keterbatasan dalam penglihatan, tapi Febri beserta kawan-kawannya sesama penyandang tunanetra mampu membuat takjub setiap orang yang melihat mereka bermain musik.
Jika di Amerika anda mengenal Stevie Wonder, seorang pemusik legendaris yang mengalami kebutaan dan tak pernah lepas dari kacamata hitamnya. Febri pun seakan terlihat seperti Stevie Wonder-nya Indonesia, setiap gerakan tubuhnya dan cara bermain keyboard seakan mengingatkan pada pemain musik legendaris Stevie Wonder yang handal memainkan berbagai macam alat musik.
Walaupun prestasi yang didapat para penyandang tunanetra ini baru pada festival musik setingkat Provinsi Jawa Tengah, namun dirinya berharap grup band-nya tersebut dapat mengikuti festival musik tingkat nasional dan dapat menciptakan album sendiri.
"Harapan, netra band bisa maju ke nasional dan menciptakan album sendiri," kata Febri yang merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.
Anak pasangan Salful Bahri dan Wagisih yang tinggal di Kelurahan Wonokriyo, Gombong mempunyai cita-cita agar dapat menjadi seorang musisi handal. Bahkan sudah sejak kelas tiga SD dirinya sudah mahir memainkan bermacam alat musik seperti keyboard, gitar, dan drum.
"Main-main aja. Dikasih alat-alat ya terus berlatih. Dulu saya sempat pegang Bass," ujar Febri yang menang juara 2 menyanyi solo tingkat Provinsi Jawa Tengah pada 2012 lalu.
Selain Febri yang memegang alat musik keyboard, dalam personil Netra Band juga ada Ahmad Faizun (17) yang sama memainkan alat musik keyboard sejak tujuh tahun lalu. Meski awalnya dia mengaku pernah memegang alat musik seperti rhytm dan melodi bahkan bass, perlahan-lahan alat-alat musik yang dikuasainya tersebut mulai menuntun dia untuk bisa menjadi seorang musisi handal.
"Kadang jenuh ada, sepi, tapi sekarang disalurkan ke musik. Keluarga juga mendukung. Pinginnya saya jadi seorang musisi," kata Ahmad Faizun yang mempunyai lagu wajib dalam setiap penampilannya seperti hargai aku dari Armada dan harus berpisah dari Cakra Khan.
Sementara seorang personil netra band yang ahli dalam menabuh drum adalah Budi Prabowo (19), yang benar-benar terinspirasi dengan drummer Indonesia seperti Gilang Ramadhan dan Yoyok Padi. Dia mengaku belajar nge drum dengan cara mendengar melalui rekaman saat keduanya memainkan alat musiknya.
"Belajar musik sudah empat tahun, awalnya awam sama musik, tapi belajar terus lama-lama bisa. Biasanya dengar rekaman cara bermain drumnya Gilang Ramadhan dan Yoyok padi," ujar Budi yang juga didukung oleh keluarganya.
Menurut dia, dengan bermain musik dirinya dan teman-temannya bisa melatih mental saat tampil didepan orang banyak seperti acara hajatan atau festival musik. Saat itulah talenta-talenta musik ditunjukkan. Selain itu setelah mengerti musik dia mengaku tidak lagi merasa sendiri.
"Dengan musik saya tidak lagi merasa sendiri. Kita coba tunjukkan talenta-talenta kita dalam bermusik. Dulu-dulu minder tapi sekarang tidak," jelas dia yang lebih sering belajar secara otodidak.
Waktu sudah semakin siang, tapi jari-jari mereka makin lincah memainkan peralatan musik yang ada. Bukan hanya lagu pop. Tapi lagu melayu, dangdut bahkan campursari bisa mereka nyanyikan. Tak ada kesulitan berarti untuk dapat menguasai alat musik tersebut. Berbekal konsentrasi yang tinggi dan mendengarkan lagu melalui handphone ataupun radio, mereka coba untuk menyamakan instrumen musik tersebut menjadi alunan indah dari para anak tunanetra.
Diantara 131 anak berkebutuhan khusus dari tingkat SD, SMP dan SMA yang ada di SLB ini adalah anak-anak penyandang tuna rungu/wicara serta tuna grahita. Bahkan bagi sebagian anak tuna netra yang tidak tinggal di asrama, mereka harus berjalan dengan ditemani sebatang tongkat yang menuntunnya untuk sampai di sekolah.
Di tengah kebutaan yang mereka hadapi, para penyandang tunanetra ini bertekad mengejar cita-citanya. Cita-cita terbesar mereka adalah ingin hidup mandiri dan tidak ingin terus tergantung pada orang lain. Oleh karena itu di sekolah para siswa diberikan pelajaran seperti di sekolah umum, mereka juga diberikan keahlian sesuai dengan minat dan bakatnya. Misalnya, siswa tunanetra dilatih bermain musik, siswa tuna rungu/wicara dilatih menari, melukis, mematung, dan keterampilan lainnya.
Menurut Surip, salah satu guru SLB Putra Manunggal mengatakan jika latihan musik ini tidak jauh beda dengan latihan orang normal pada umumnya cuma dikenalkan. Pada awalnya memperkenalkan, pihaknya mengundang instruktur untuk mengajarkan alat-alat musik seperti keyboard, gitar, drum tersebut ke para tunanetra. Tidak disangka para siswa tunanetra yang belajar musik kemampuan menguasai peralatan musik cepat sekali, karena tingkat konsentrasi mereka tinggi dalam pendengaran dan perabaan.
"Saat dikenalkan alat musik ya cepat bisa. Karena kebanyakan kalau tunanetra berbakat karena konsentrasinya lewat pendengaran dan perabaan," jelas Surip.
Dibalik keterampilan para siswa SLB di lembaga pendidikan swasta milik Yayasan manunggal tersebut ternyata tersimpan banyak perjuangan, mulai dari mencari donatur tetap untuk dapat terus mendidik para siswa berkebutuhan khusus itu. Seperti halnya perlengkapan musik yang dimainkan para siswa tunanetra murupakan hasil usaha sekolah untuk mencarikan peralatan musik baik secara swadaya maupun mendapatkan bantuan dari pemerintah.
"Kita ingin bagaimana anak-anak ini nantinya bisa berguna dimasyarakat, maka kita latih terus keterampilan mereka," jelasnya.
Selain itu, SLB ini pun mempunyai sejarah panjang dalam pendiriannya pada tahun 1992, mulai dari mengajar diteras rumah warga hingga mendapatkan bantuan gedung bekas peninggalan Belanda dan akhirnya terusir karena sebab suatu hal yang tidak ada hubungannya dengan pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus tersebut.
"Awal mulanya mengajar masih diteras-teras rumah warga selama 3 tahun, lalu kita mendapatkan bantuan pinjeman bangunan SD yang sudah tidak terpakai milik Belanda. Tadinya kami pikir akan menetap, tapi ternyata tidak bertahan lama dan kita pindah," kata Sekertaris Yayasan Manunggal, Sri Muwarni.
Dia pun bercerita bagaimana saat itu pihaknya terus berusaha mencari donatur untuk bisa membangun sebuah sekolah untuk anak-anak tersebut, dia mengaku tidak bisa mengandalkan iuran orang tua siswa yang saat itu masih sebesar Rp. 15 ribu. Rasa malu pun dia tinggalkan untuk bisa mengajukan proposal bantuan pembangunan Sekolah Luar Biasa.
Saat itu Bupati Kebumen baru dijabat oleh Rustriningsih, proposal terus dia ajukan meskipun tidak pernah mendapatkan tanggapan dari pihak pemerintah setempat, namun dirinya tidak patah semangat. Hingga akhirnya proposal itupun diterima dan tahun 2003 yayasan mendapatkan bantuan bangunan dari Pemerintah Kabupaten Kebumen tanah seluas 80 meter di lokasi sekolah saat ini berada.
"Waktu itu ada pergantian Bupati baru bu Rustri, saya terus mengajukan proposal tapi tidak ditanggapi, mungkin karena swasta. Tapi akhirnya lama-lama ditanggapi juga," ujar dia sambil menunjukkan batu marmer tanda peresmian bangunan sekolah oleh Rustriningsih.
Berkat bantuan dari pemerintah pusat ditambah dana swadaya, Kini SLB tersebut sudah membangun ruang kelas, ruang guru, mushola hingga asrama yang diperuntukkan bagi siswa yang berasal dari jauh. Bahkan saat ini sebuah asrama juga tengah dibangun berkat bantuan dari mantan Kapolri Bimantoro tak jauh dari lokasi sekolah.
SUMBER: http://www.beritakebumen.info/2014/06/dengarlah-alunan-musik-nan-indah-dari_13.html#ixzz34TpoDYAX