Petani Terancam Gagal Panen

KEBUMEN - Wereng menyerang tanaman padi di wilayah pegunungan. Bahkan petani di Desa Kalisono Kecamatan Karangsambung terancam gagal panen akibat serangan hama tersebut. Muson (60) petani di Desa Kalisono mengatakan, serangan wereng diketahui sejak tanaman padi masih muda. Kini padi tersebut berumur 1,5 bulan. Awalnya, padi yang dijangkiti wereng itu terlihat layu. Selanjutnya berangsur-angsur kering. "Pemupukan yang kami lakukan tidak bisa mencegah serangan wereng," katanya, Minggu (8/6).


Sejumlah petani lain juga mengeluhkan hal sama. Hartini (67) mengungkapkan, gejala serangan wereng juga ditemukan pada lahan persemaian bibit padi. Praktis, bibit yang sudah diserang wereng itu tidak bisa tumbuh normal. Kini, sebagian besar petani setempat tidak memiliki harapan lagi untuk panen padi. Pasalnya, serangan wereng sudah meluas satu desa, bahkan merambah ke desa tetangga.


Kepala Desa Kalisono, Susanto menuturkan, wereng yang menyerang tanaman padi petani ada tiga macam, wereng berwarna cokelat, hijau dan putih. Akibat serangan wereng ini petani sangat merugi. Mengingat, para petani sudah mengelurakan modal yang tidak sedikit, antara lain untuk biaya membajak sawah, penyebaran benih dan pembelian pupuk. "Kalau dihitung, rata-rata petani mengalami kerugian Rp 2 juta sampai Rp 3 juta, tergantung lahan yang dimiliki," ungkapnya.


Hanya Pasrah


Terkait dengan hama wereng ini, pihaknya sudah menyampaikan ke dinas terkait. Namun kondisi sekarang, petani sudah tidak mungkin dapat ditolong, karena serangan wereng sudah meluas dan rata-rata kondisi tanamannya sudah kering. Para petani pun hanya bisa pasrah. 


Petugas Pertanian Lapangan UPT Karangsambung, Nasrudin membenarkan, hama wereng telah menyerang tanaman padi di pegunungan. Tidak hanya di Desa Kalisono saja, namun hampir di seluruh Kecamatan Karangsambung.
Menurut dia, hama wereng itu berasal dari daerah barat, seperti Jawa Barat dan Cilacap. Bibit wereng itu dibawa pengendara mobil yang melakukan perjalanan malam. Lebih lanjut, wereng itu menempel di lampu mobil, kemudian terbawa ke Kebumen. Selanjutnya berkembang biak dan menyebar ke mana-mana. ''Satu wereng betina yang menetas, dapat menghasilkan 100 sampai 500 wereng. Jadi sangat cepat berkembang biak dan sangat membahayakan petani," jelasnya.


Lebih lanjut, serangan hama tersebut diketahui sejak petani panen padi pertama, sehingga saat tanam padi kedua dipastikan serangannya lebih besar. "Sebetulnya Dinas Pertanian Kabupaten telah memberikan pengobatan hama secara gratis kepada petani, seperti obat granul dan fluradan. Namun karena tidak semua petani mengetahui informasi ini, sehingga hama wereng menyerang kembali pada tanam padi kedua," imbuhnya. (K5-32,48)

sumber : suaramerdeka.com