Terkikis, Kearifan Lokal Panen Kelapa
KEBUMEN - Sebagian petani kelapa di Kecamatan Petanahan Kebumen memprihatinkan kian terkikisnya kearifan petani lokal dalam proses pemetikan buah kelapa yang benar. Kini kian banyak petani kelapa setempat yang mengabaikan kaidah pemetikan buah kelapa yang benar yang telah mentradisi lama.
"Pemetikan kelapa secara sembarangan tanpa mempedulikan kaidah pemetikan yang baik, dikhawatirkan bisa merusak tanaman kelapa," ujar Ny Sriyati (60), petani kelapa Desa Kewangunan Kecamatan Petanahan Kebumen, di kebunnya, Minggu (20/04/2014).
Pemetikan yang menggundahkan petani kelapa itu menurut Sriyati adalah pemetikan kelapa muda atau 'degan' secara besar-besaran. Selain cara pemetikannya serampangan, jumlah pemetikannya pun kian hari kian banyak demi mengejar keuntungan ekonomi. Padahal berdasarkan keyakinan petani
setempat, eksploitasi buah kelapa muda secara berlebihan bisa mempercepat penurunan produktifitas pohon kelapa.
"Pemetikannya tidak satu persatu seperti pemetikan buah tua, tapi dipotong sekaligus dengan tandannya. Padahal pemetikan kelapa muda secara dipaksakan dan terlalu sering, berakibat pohonnya cepat rusak. Kami khawatir, predikat Petanahan sebagai sentra kelapa sebentar lagi hilang," keluh Sriyati yang pensiunan guru SD itu.
Jumadi (60), petani kelapa Petanahan lainnya, membenarkan pemaparan Ny Sriyati itu. Eksploitasi buah muda yang berdampak negatif terhadap pohonnya bisa dipraktekkan pada tanaman lain seperti cabai. Agar tanaman cabai tak cepat mati, petani setempat hanya memetik cabai yang sudah tua. Sebisa mungkin, menghindari pemetikan cabai yang muda.
Sedangkan Muhammad Abror (40), petani kelapa Desa/Kecamatan Petanahan, mengungkapkan bahwa tingginya pemetikan kelapa muda di Petanahan disebabkan semakin tingginya permintaan kelapa muda keluar daerah. Seperti dirinya, setiap hari mengirimkan tiga ribu butir kelapa muda ke Solo.(Dwi) (KRjogja.com)