Terminal Bus Tipe A Kebumen ; Hanya Ramai Saat Lebaran
KEBUMEN - Terminal Bus Tipe A Kebumen yang dibangun pada tahun 2004 dengan anggaran sebesar Rp 13 miliar lebih sampai kini suasana masih sepi. Terminal di Desa Depok rejo Kecamatan/Kabupaten Kebumen tersebut jarang disinggahi bus-bus antar kota yang kebanyakan lebih suka ngetem di terminal bayangan di Dukuh Kedungbener Desa Sumberadi Kecamatan Kabupaten Kebumen dan Desa Jabres Kecamatan Sruweng Kebumen. Terminal Bus Tipe A Kebumen itu hanya ramai saat Lebaran.
"Sangat jarang bus-bus yang mau singgah kesini. Sejak pagi sampai sore, sesekali saja bus jarak jauh jurusan Semarang dan Jakarta yang mau singgah. Itupun tak lama, begitu datang terus pergi lagi," ungkap Noni (30), pemilik salah satu kios di terminal itu, Rabu (1/8).
Suasana agak ramai menurut Noni biasanya terjadi pada malam hari karena banyak bus malam yang singgah untuk mengangkut calon penumpang. Dengan kondisi yang sepi itulah, dari puluhan kios hanya sekitar 8 kios yang masih bertahan buka setiap hari, yaitu kios makanan kering dan warung makan. Sedangkan kios-kios lainnya hanya bertahan 1 sampai 2 tahun sejak terminal resmi dioperasikan tahun 2004. "Pembeli makanan dan minuman di sini pun kebanyakan adalah awak bus jarak jauh, karyawan kantor terminal bus dan segelintir penumpang yang menunggu kedatangan bus," ujar Noni.
Kendati dalam satu tahun kondisi sepi menurut Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Kebumen, Drs Nugroho Tri Waluyo, terminal seluas 5 hektare lebih itu memiliki masa 'panen' pendapatan. Yakni, saat 14 hari masa angkutan Lebaran, mulai H-7 sampai H + 7.
Pada saat ramai itu, selama 24 jam terminal ramai oleh bus-bus dan penumpang arus mudik dan balik Lebaran. Dengan kondisi ledakan penumpang setahun sekali itu, Dishubkominfo pun menambah jumlah karyawan yang bertugas. Mereka disiagakan penuh selama 24 jam dalam 14 hari itu. "Saat ramai itu kami pun panen dan kewalahan melayani pembeli. Tapi setelah masa Lebaran usai, terminal pun kembali sepi seperti sediakala," ungkap Tati (30), salah seorang pemilik warung makan. (Dwi)_c
sumber kedaulatan rakyat