Rembuk Petani, Peseta Disuguhi Beras Pelangi

 

KEBUMEN - Petani di wilayah Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan Kebumen (Barlingmascakeb) mengikuti rembuk petani di Pusat Pelatihan Pedesaan dan Swadaya (P4S) Sinar Mutiara, Kelurahan Panjatan, Kecamatan Karanganyar, Kebuen, baru-baru ini.

Dalam kesempatan itu juga dihadiri petani dari wilayah Yogyakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur serta petani di wilayah Jateng lainnya.

Ratusan petani itu disuguhi hidangan nasi beras beras pelangi. Beras produksi P4S sinar Mutiara itu berwarna merah, kuning, hitam, oranye, putih dan cokelat. Para petani menyantap hidangan nasi yang dipadukan dengan aneka lauk-pauk tersebut. Termasuk Calon Legislatif (Caleg) DPR RI dari PDIP Diah Devawati Ande yang hadir dalam rembuk tani itu.

"Beras pelangi belum dipasarkan. Selama ini pembelinya langsung datang ke sini," kata Ketua P4S Sinar Mutiara Purnomo Singgih saat ditemui di sela-sela acara.

Beras pelangi yang satu-satunya di dunia itu mengundang ketertarikan petani dari berbagai daerah. Dalam kesepatan rembuk tani itu, mereka ingin belajar cara bertani yang menyehatkan. Pasalnya, beras itu tidak menggunakan bahan kimia.

Sangat Menguntungkan

Menurut dia, baik benih maupun pupuknya dibuat sendiri. Pihaknya bahkan telah menguji cobakan sebanyak 76 varietas padi lokal. Salah satunya varietas pelangi. Selain itu ada yang diberi nama varietas panjatan wangi.

Lebih lanjut, varietas pelangi untuk satu dapuran terdapat bermacam-macam warna layaknya pelangi. Untuk satu male terdiri atas 200-250 bulir. Satu hektarnya menghasilkan sekitar 8,25 ton. Harga beras pelangi Rp 20.000 per kilogram, sedangkan beras panjatan wangi dan varietas lokal lainnya hanya Rp 12.000 per kilogram.

Rembuk tani itu bertujuan agar petani mandiri yakni tidak perlu membeli pupuk, benih padi, serta ongkos produksinya rendah. Purnomo menjelaskan, mengelola pertanian sangat menguntungkan. Jika satu hektare tanaman padi dipupuk dengan urea 200 kg, NPK 300 kg, dan organik 500 kg yang masing-masing harganya Rp 1.800 per kg untuk urea, Rp 2.300 untuk NPK dan Rp 1.500 untuk organik, maka pertanian mandiri tak perlu mengeluarkan biaya itu. "Untuk pupuknya menggunakan jerami, sedangkan penyemprotannya menggunakan air tajin yang dicampur air," ungkap Purnomo sembari menjelaskan komposisinya, satu gelas air tajin dicampur air 12 liter. (K5-32)

sumber : suaramerdeka