Permintaan Tak Terkendali Elpiji 3 Kg Langka

 

KEBUMEN - Kelangkaan gas elpiji ukuran 3 kg diduga karena banyak warga yang semula menggunakan elpiji 12 kilogram berlaih elpiji 3 kg. Hal ini terjadi karena selisih harga antara elpiji 12 kg dengan 3 kg masih cukup tinggi.

Kondisi itu dibenarkan oleh Kepala Seksi Perlindungan Konsumen dan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pengelolaan Pasar (Disperindagsar) Kebumen, Agung Patuh GA. Dia menerangkan, harga elpiji 3 kg sekitar Rp 16.000 sedangkan elpiji 12 kg di pengecer rata-rata Rp 100.000.

"Permintaan elpiji 3 kg di pasaran memang tidak terkendali, sehingga seolah-olah terjadi kelangkaan," ujarnya.

Agung menampik bahwa kelangkaan elpiji 3 kg akibat pengurangan kuota. Alokasi elpiji 3 kg di Kebumen pada 2014 ditambah. Jika 2013, alokasi 558.956 tabung/bulan atau 21.498 tabung per hari, Januari 2014 meningkat menjadi 605.560 tabung/bulan, atau 23.290 tabung/hari atau meningkat 8,3 % dari tahun sebelumnya.

"Semestinya alokasi itu sangat cukup untuk masyarakat Kebumen. Namun karena permintaan tidak terkendali menyebabkan seperti kekurangan," ungkapnya.

Agung mengaku kewalahan mengawasi peredaran elpiji 3 kg karena dijual bebas di pasaran. Dengan demikian siap asaja boleh membelinya. Padahal semestinya elpiji 3 kg hanya untuk warga berpendapatan rendah. Seharusnya, elpiji 3 kg didistribusikan secara terbatas seperti raskin yang sangat kecil terjadi salah sasaran.

Kesulitan Elpiji

"Elpiji 3 kg haknyaa warga miskin atau dengan di bawah Rp 1,5 juta/bulan," ujarnya seraya mengimbau agar warga yang mampu kembali menggunakan elpiji 12 kilogram.
Suradi, penjual elpiji 3 kg eceran asal Desa Sadang Kulon, Kecamatan Sadang mengaku dalam sebulan ini kesulitan mencari gas 3 kg. Selain itu harganya sangat tinggi sekarang. Di sadang rata-rata dijual dengan harga Rp 19-20 ribu.

Dia mengaku sudah tidak dipasok elpiji 3 kg dari pangkalan. Dia terpaksa kulakan sendiri ke Kebumen menempuh jarak 40 km untuk memenuhi kebutuhan warga Sadang Kulon. Padahal di Kebumen sendiri juga ternyata cukup susah mendapatkannya. "Jika pas dapat, jatahnya juga dibatasi maksimal lima tabung. Ada juga yang hanya memberikan dua tabung," ujarnya.

Parsun, warga Desa Jatimulyo, Alian, menyesalkan pembatasan pembelian maksimal lima tabung mengingat kebutuhan di warungnya bisa mencapai 20 tabung/hari. Selain pembeliannya dibatasi setiap hari dia juga harus menunggu cukup lama pasokan elpiji 3 kilogram di pangkalan. "Di pangkalan biasanya sekali datang itu 200 tabung langsung habis. Kalau kami nggak menunggui nanti malah nggak dapat apa-apa," ungkapnya. (J19-78)

sumber : suaramerdeka