Desa Tambakprogaten Sentra Keset
KEBUMEN - Selain anyaman pandan, batik, dan lanting, sabut kelapa memiliki potensi cukup besar dalam menggerakkan perekonomian rakyat.
Sabut kepala yang diolah menjadi berbagai produk pun mampu memberdayakan perekonomian ibu rumah tangga.
Di Desa Tambakprogaten, Kecamatan Klirong, Kebumen sabut kelapa diolah menjadi produk keset yang mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi.
Salah satunya dilakukan oleh Parsiyah (47). Di sela-sela kesibukan sebagai ibu rumah tangga, ibu lima anak tersebut mampu membuat dua keset besar dalam sehari.
Satu harga keset besar dengan ukuran 2,5 m x 60 cm dijual kepada tengkulak dengan harga Rp 25.000. Setelah dipotong modal dan bahan baku, satu keset bisa mengantongi keuntungan Rp 15.000. Jika sehari dapat dua, berarti dapat keuntungan bersih Rp 30.000. "Lumayan untuk tambah kebutuhan sehari-hari," ujarnya.
Usaha pembuatan keset itu sudah dijalani sejak 2.000. Awalnya pembuatan keset hanya untuk mengisi waktu luang saja. Akan tetapi semakin lama semakin banyak permintaan, harganya pun lumayan. Akhirnya, kerajinan tu terus dikembangkan.
"Ya, otodidak saja, sering melihat lama-lama jadi bisa sendiri," imbuhnya.
Dibeli Tengkulak
Sementara itu, untuk pemasaran dia tidak terlalu repot karena tengkulak sudah mengambil sendiri di rumah.
Sedangkan bahan baku berupa serabut dibeli dari perajin khusus dengan harga Rp 2.750/kg. Untuk membuat satu keset dengan ukuran 2,5 meter x 60 cm dibutuhkan serabut kelapa tiga kg.
Dengan keuntungan rata-rata Rp 30.000 per hari, dia mengaku bersyukur. Karena pendapatan itu, bisa tambahan untuk membantu kebutuhan keluarga. Pendapatan utama tetap dari hasil pertanian yang dilakukan oleh suami.
Di Desa itu, tidak hanya Parsiyah yang menjadi mengolah sabut kelapa menjadi keset. Tetapi puluhan ibu rumah tangga jug amembantu pendapatan keluarga. "Melalui kerajiinan sabut kelapa kami harapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat," uajr Kepala Desa Tambakprogaten," Muslikhudin. (J19-45)
sumber : suaramerdeka