Takut Tak Laku, Perajin Porot Tak Naikkan Harga
KEBUMEN - Perajin porot atau gembor di Kabupaten Kebumen tidak berani menaikkan harga jual produknya meski terjadi lonjakkan harga bahan baku. Perajin bertahan dengan harga lama karena khawatir hasil kerajinannya tidak laku.
Di Kabupaten Kebumen, sentra kerajinan porot atau gembor (wadah air yang biasa digunakan untuk menyirami tanaman) di Dukuh Krajan, Desa Mrinen, Kecamatan Kutowinangun.
"Sangat sulit menaikkan harga meski rasanya berat kalau tidak naik. Namun bagaimana lagi. Kalau harga dinaikkan, bisa-bisa tidak laku. Apalagi sekarang ada porot plastik buatan pabrik yang harganya jauh lebih murah," kata Sukirno (40) perajin porot di Desa Mrinen.
Naiknya harga bahan baku sudah terjadi sejak akhir tahun 2013. Hampir semua bahan baku, harganya naik. Bahan baku utama berupa seng, naik dari semula Rp 35 ribu menjadi Rp 40 ribu permeter. Sedangkan bahan patri, dari semula Rp 170 ribu, menjadi Rp 200 ribu perkilogram.
Dengan tetap mempertahankan harga Rp 60 ribu, Sukirno mengaku pesanan masih terus mengalir meski keuntungannya sangat tipis. Itu pun tenaga tidak dihitung dalam biaya produk. "Bagi kami, yang penting bisa tetap produksi," ujar Sukirno yang mampu menghasilkan 30-40 porot dalam seminggu. (Suk)(KRjogja.com)