Gempa Kebumen Guncang Jawa ; Ratusan Rumah Rusak
KEBUMEN - Gempa berkekuatan 6,2 Skala Richter (SR) yang berpusat di laut selatan, barat daya Kebumen, merusak ratusan rumah di berbagai daerah di Jawa Tengah. Tak hanya itu, guncangan gempa juga terasa di seantero Pulau Jawa, dari Jakarta hingga Malang, Jawa Tengah.
Dampak gempa paling terlihat di Banyumas. Setidaknya 84 rumah rusak dan sebuah masjid roboh. Tempat Ibadah yang ambruk adalah masjid Jami At Taqwa di Desa Kranggan, Kecamatan Pekuncen. Gempa yang terjadi pukul 12.14 itu juga menyebabkan kerusakan bangunan di Kebumen, Cilacap, Purworejo, Magelang dan Bantul, DIY. Gempa juga terasa di Semarang, Solo, Klaten, Tegal, Banjarnegara, Wonosobo, dan beberapa kota di Jawa Barat dan Jawa Timur. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.
"Hingga saat ini belum ada laporan korban jiwa. Petugas BPBD (Badan Penanggulangan bencana Daerah) masih melakukan pendataan," jelas Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho, Sabtu sore.
Menurut data Badan meteorologi klimatologi dan Geofisika, hingga kemarin petang terjadi enam gempa susulan.
"Ada satu lagi gempa susulan pada pukul 15.39 WIB sebesar 4,2 SR," kata petugas Ruang Operasional Gempa BMKG, Wahyu di kantor BMKG, Jakarta.
Sebelumnya, kekuatan gempa tercatat 6,5 SR, tapi kemudian BMKG merevisi menjadi 6,2 SR. Kedalaman gempa juga direvisi dari 48 km menjadi 79 km. Gempa ini tidak berpotensi tsunami.
Warga di berbagai daerah panik saat merasakan guncangan gempa. Menurut Palupi Andriani, warga Desa Kranggan, Kecamatan Pekuncen, Banyumas, setelah selesai Shalat Zuhur, masjid bergetar. Terdengar suara gemuruh. Tak lama kemudian bangunan Masjid At Taqwa roboh. Saat itu masjid dalam keadaan kosong. Bangunan masjid yang ambruk menimpa teras rumah Daiman (55) hingga ikut roboh.
Warga lainnya, Rizal menuturkan, gempa terjadi secara perlahan, kemudian makin kencang. Hanya berselang sekitar satu menit, bangunan masjid ambruk. "Untung sudha keluar semua," ujarnya.
Puluhan warga berhamburan keluar rumah.
"Bayi saya yang sedang tidur langsung saya gendong keluar," tutur ibu rumah tangga,Falinda (28).
Kasi Trantibum Kecamatan Pekuncen, Marsono menjelaskan, tingkat kerusakan rumah dan besaran kerugian belum diketahui secara pasti.
"Kami masih mendata. Kemungkinan bisa bertambah," terang Marsono.
Kepala BPBD Cilacap Supriyanto mengatakan, total rumah yang rusak di Kabupaten itu 20 unit yang tersebar di Kecamatan Adipala, Bantasari, Maos, dan Majenang. Teguh Wardoyo, Kepala Kelompok Teknisi pada Stasiun Meteorologi BMKG Cilacap mengatakan, penyebab gempa adalah pertemuan lempeng tektonik Indoaustralia dan Eurasia yang berada di selatan Pulau Jawa.
Salah seorang warga yang rumahnya roboh di Kecamatan Adipala, Setraseja (80) menuturkan, saat terjadi gempa, dia yang saat itu tengah duduk di teras langsung lari ke halaman. Tak lama kemudian rumahnhya roboh. "Suaranya keras sekali. Dalam sekecap rumah saya sudah rata dengant anah," kata warga Desa Adiraja itu. istrinya, Raiben (70), juga selamat karena tengah menjemur pakaian.
Dikira Tsunami
Kepanikan juga melanda nelayan dan pengunjung Pantai Logending, Desa Ayah, Kecamatan Ayah, Kebumen, sesaat setelah terjadi gempa. "Saat itu air laut pasang, sehingga ada yang mengira akan terjadi tsunami," kata Ketua Tagana Kebumen Sukamsi.
Gempa tersebut mengakibatkan batu-batu berguguran dari atas tebing setinggi 50 meter di belakang deretan warung-warung kompleks objek wisata Pantai Logending. Sebuah batu mengenai tembok belakang warung milik Sukayat (50), warga Ayah. Para nelayan langsung menepi dan tidak berani melaut.
"Kami langsung menginformasikan kepada warga di sepanjang pantai selatan agar waspada," kata Komandan Pos TNI AL Peltu Yoyok Kushermanto.
Selain melalui pengeras suara, informasi juga disampaikan melalui radio komunitas jaring selatan-selatan Yogyakarta-Ciamis. Pihaknya pun menyusuri sepanjang pantai selatan bersama petugas BPBD dan tim SAR.
Sejumlah rumah dilaporkan rusak. bahan rumah milik Tamrin Haryanto (40), warga RT3 RW 3, Desa Candimulyo, Kecamatan/Kabupaten Kebumen ambruk di bagian belakang. Rumah milik Rasmin (43), warga RT2 RW 12, Wonoharjo, Kecamatan Rowokele, retak. Dapur rumah Asminah (70), warga RT 3 RW 1, Desa Kalipurwo, Kecamatan Kuwarasan, roboh.
Kepanikan juga dirasakan warga Yogyakarta. Apalagi, mereka masih trauma pada gempa 2007. Begitu merasakan getaran, warga bergegas keluar rumah dan perkantoran. Bahkan ratusan peserta audisi Indonesia's Got Talent di Jogja Expo Center (JEC) tunggang langgang. Tamu resepsi pernikahan di gedung Serbaguna Desa Palbapang, Bantul berhamburan keluar gedung. "Tadi saya juga lari keluar. Saya baru saja makan saat gempa terjadi," kata Wakil Ketua DPRD Bantul Arif Haryanto yang menghadiri resepsi salah satu kadernya.
Sejumlah rumah dan bangunan di Bantul dan Kulonprogo dilaporkan rusak. "Gempa pada awalnya tidak begitu terasa, namun selang beberapa detik bertambah kencang. Kami sekeluarga lari keluar rumah. Cucu saya yang sedang tidur langsung saya gendong kelaur," kata Sukir, warga Ganjuran, Bantul, dengan napas ngos-ngosan.
Setelah keluar dari rumah, ternyata gempa masih terjadi. Warga peun membunyikan kentongan sambil berteriak," gempa, gempa'! "Trauma gempa bumi di Bantul tahun 2007 masih membekas, sehingga ketakutan itu masih terasa," kata Kepala BPBD Bantul Dwi Daryanto.
Sekretaris Tim SAR Pantai Parangtritis Taufik M Faqi mengatakan, usai gempa yang terjadi sekitar 20 detik itu, kondisi laut selatan Yogyakarta tetap normal. Aktivitas wisata tak banyak terpengaruh.
Di sisi lain, gempa tersebut tidak berpengaruh terhadap aktivitas Gunung Merapi. Seperti dipantau dari akun twitter Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi, semua pos pemantauan melaporkan situasi Merapi aman. (dwi, G21,K5,B3,K37,H60,sgt-59)
sumber : suarmerdeka