Ternyata, Topeng Monyet Butuh Biaya Tinggi
KEBUMEN - Biaya operasional sebuah kelompok topeng monyet ternyata cukup tinggi. Selain biaya hidup monyet yang kian mahal, sejumlah piranti atau sarana penampilan monyetnya saat beraksi, haruslah rutin diperbarui.
"Agar monyetnya selalu sehat dan bisa tampil maksimal di depan penonton, konsumsi harus diberikan secara teratur dan bergizi bagus. Selain makanan enak seperti nasi dengan lauknya, juga rutin diberi susu dan buah-buahan segar seperti pisang dan jambu. Pemberiannya pun jangan sampai terlambat agar tak 'ngambek'," ungkap Suhaeri (40), pemilik 'ledhek kethek' asal Adimulyo Kebumen, saat tampil di pelataran parkir Pasar Tumenggungan Kebumen, Minggu (24/11/2013).
Suhaeri menjelaska akibat biaya operasional tinggi itulah hanya sedikit kelompok topeng monyet Adimulyo bisa bertahan. Padahal dulu Adimulyo adalah sentra topeng monyet di Kebumen. Sedangkan yang bisa bertahan, harus bersaing dengan grup topeng monyet asal luar daerah. "Apaboleh buat, untuk menampilkan kera yang sehat, lucu dan trengginas dalam beratraksi memang butuh biaya tinggi," jelas Suhaeri.
Tingginya biaya operasional kelompok topeng monyet diakui oleh Heriyanto (30), asal Palimanan, Kabupaten Cirebon. Ketika ditemui di Alun-Alun Kebumen, Minggu (24/11/2013), bersama temannya Zulham (25) dan Temon, seekor monyet jantan yang terlihat sehat dan lincah.
Herianto berterus terang,seharinya kelompoknya minimal harus memperoleh Rp 100 ribu. Selain untuk biaya hidup monyet yang minimal Rp 30 ribu/hari, sebagian harus disetorkan kepada juragannya di Cirebon, biaya sewa rumah dan biaya hidup kelompoknya di Kebumen. (Dwi)(KRjogja.com)