Batik Tulis Kebumen Kaya Motif
KEBERADAAN batik tulis khas Kebumen semakin diperhitungkan dalam khasanah batik Nusantara. Keunikan motif atau corak yang tidak dipunyai daerah lain menjadikan hasil karya perajin Kebumen diminati pecinta batik.
Kekuatan motif yang unik membuat batik tulis khas "Kota Beriman", itu, sejajar dengan batik dari Pekalongan, Yogyakarta maupun Surakarta. Tak hanya dari motif, kualitas pewarnaan juga mengalami peningkatan. Jika dahulu dalam pewarnaan perajin masih mengandalkan insting, sekarang sebagian besar telah mengetahui formulasi yang benar.
Dengan seringnya mengikuti pelatihan, para pembatik semakin maju. Motif batik pun semakin kaya. Selain motif batik klasik seperti puger, ukel, gabah utah, limeran, parang, dikembangkan pula motif batik-batik kontemporer. Para perajin batik tulis terus berinovasi dan mengembangkan motif batik agar tidak stagnan.
"Saya sering memodifikasi motif baru, agar batik Kebumen tidak begitu-begitu saja," ujar Ketua Kelompok Batik Kenanga Siti Nurjanah (36) saat ditemui dirumahnya di Dusun Lengkong, Desa Jemur, Kecamatan Pejagoan, Rabu (2/10).
Siti Nurjanah mengakui pembuatan batik tulis klasik lebih lama karena motifnya yang rumit. Dalam waktu sebulan perajin hanya bisa menghasilkan dua kain batik. Secara otomatis harganya juga lebih tinggi. Harga batik tulis produksinya berkisar Rp 250.000 - Rp 500.000.
"Kalau untuk batik tulis pemasarannya justru ke luar daerah, seperti Yogyakarta, Semarang, dan Jakarta," ujar Siti Nurjanah kerap menjadi juara lomba pembuatan motif batik.
Rahmawati (33) anggota kelompok Batik Kenanga menambahkan, kelompok ini beranggotakan 15 orang. Akibat kekurangan modal dan jaringan, para pembatik menjual batik tulis melalui para pengepul. Celakanya, para pengepul, dan pembatik ada yang dibayar di belakang hingga 1,5 bulan kemudian.
Sementara itu, para perajin batik mengamati para Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemkab Kebumen banyak yang memakai batik bukan khas batik Kebumen. Ironisnya, tidak sedikit PNS justru memakai kain motif alias batik sablon atau batik printing.
Padahal keberadaan kain motif batik secara tidak langsung merusak batik tulis di Kebumen. "Kami mendukung jika Pemkab mengeluarkan kebijakan PNS memakai batik tulis khas Kebumen," tandasnya.
Imbauan memakai batik lokal sebenarnya terus disampaikan kepada PNS utamanya yang menduduki jabatan struktural. Asisten Sekda Bidang Administrasi Ir Tri Haryono, baru-baru ini meminta jajarannya memakai batu batik produksi lokal. "Kepada karyawan yang melihat atasannya tidak menggunakan baju batik lokal, laporkan saya dan akan langsung saya teruskan ke Sekda," ujarnya saat memimpin apel pagi.
Sebelumnya, Sekretaris Daerah H Adi Pandoyo SH MSi meminta PNS untuk berpenampilan menarik rapi, dan ramah melayani masyarakat. Setiap Kamis PNS diminta mengenakan batik produksi lokal dengan harapan bisa membantu perajin. (Supriyanto-52)
sumber : suaramerdeka