Merti Desa, Gelar Wayang Kulit
KEBUMEN - Pagelaran wayang kulit semalam suntuk meramaikan Merti Desa di Desa Ampih Kecamatan Buluspesantren, Senin (30/9) malam dengan lakon Semar Mbangun Pendapa Ampih oleh dalang Ki Sunarko Hadi Warseno dari Desa Pekunden Kutowinangun.
Ki Sunarko pada kesempatan itu mengajak warga Ampih dan perangkat desa agar senantiasa bersatu melaksanakan pembangunan. Untuk regenerasi dalang, ia menampilkan dalang cilik yang juga putra kelimanya, Agus Priambodo.
Anak yang baru duduk dibangku kelas lima SD itu sudah termpil memainkan wayang kulit. Ki Sunarko juga menghadirkan dua sinden dari Yogyakarta untuk memeriahkan acara tersebut.
Melalui hiburan wayang kulit ini menjadi tonggak awal bagi Sutomo, Kepala Desa Ampih dalam mengawali pembangunan pasca dilantik dan serah terima jabatan kepala desa, bulan lalu. Sutomo merupakan Kepala Desa ke-9 sejak Singodikromo (Glondong I) sebagai keturunan RA Ampih masih keturunan Arungbinang.
Paguyuban Kades
Hadir dalam acara puncak merti desa Muspika Kecamatan Buluspesantren, paguyuban Kepala Desa se kecamatan Buluspesantren dan para sesepuh desa, termasuk Kepala Desa Ampih Djamingan.
Dalam kisah itu Semar yang menjadi pamomong warga hendak mendirikan pendapa sebagai media komunikasi dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan.
Namun keinginan tersebut dimainkan oleh Durna dengan mengelabuhi Begawan Dewa Lengkara agar menggagalkan rencana Semar.
Belakangan diketahui Dewa Lengkara adalah alih rupa dari Dasamuka yang hendak mengincar Dewi Sembadra dari tangan Pandawa.
Durna sangat cantik memerankan aktor intelektual dalam menyingkirkan Semar.
Semar merupakan salah satu tokoh berbahaya bagi Kurawa saat menghadapi Pandawa pada Bharatayuda. (B3-91)
sumber : suaramerdeka