Musim Kemarau, Bahan Baku Genteng dan Batu Bata Mahal
KEBUMEN- Berlangsungnya musim kemarau membuat tanah liat bahan baku genteng dan batu-bata kondisinya kering dan keras. Akibatnya, di tengah-tengah musim kemarau ini harga tanah liat pun mahal dan dikeluhkan para perajin genteng dan batu-bata Kebumen.
" Selain para penggali tanah harus bekerja lebih keras dalam penggaliannya, mahalnya harga tanah liat juga disebabkan membengkaknya biaya operasional. Diantaranya, kami harus membeli bahan bakar untuk mesin penyedot air," ungkap Rajiman (50), pemilik usaha penggalian tanah liat di Dukuh Slindut Desa Podoluhur Kecamatan Klirong Kebumen, Rabu (25/09/2013).
Dijelaskan Rajiman, setelah digali tanah liat itu harus disiram air agar lembek, sehingga mudah diolah dalam proses pembuatan genteng dan batu-bata. Para perajin genteng dan batu-bata sebagai pembeli tanah liat pun hanya mau membeli tanah yang kondisinya lembek. Mau tak mau para pedagang tanah liatpun harus menuruti keinginan itu.
" Sehingga untuk melembekkan tanah kering itu kami harus menyedot air dengan mesin penyedot yang tentunya membutuhkan biaya tinggi. Juga, dibandingkan musim penghujan proses penggalian tanah di musim kemarau membutuhkan waktu yang lebih lama karena kondisi tanahnya yang keras," jelas Rajiman.
Menurut Muhtar (40), perajin batu-bata di Dukuh Slindut, di tengah-tengah kemarau ini ia harus mengeluarkan modal lebih tinggi dibandingkan musim penghujan. Agar tak rugi, ia pun menaikkan harga jual batu-bata mentahnya kepada pemilik tobong. Kini ia membeli tanah liat seharga Rp 130 ribu percolt bak terbuka dan Rp 250 ribu pertruk diesel. Saat musim penghujan atau awal musim kemarau lalu, harganya hanya Rp 100 ribu percolt bak terbuka dan Rp 200 ribu pertruk diesel.
" Para perajin genteng dan batu-bata bila musim kemarau harus menerima protes konsumen karena harga genteng dan batu-bata mahal. Padahal kebutuhan genteng dan batu-bata mereka di musim kemarau selalu tinggi karena banyaknya proyek-proyek pembangunan," ujar Muhtar. (Dwi)(KRjogja.com)