Perajin Batik Kebumen Alih Teknologi
KEBUMEN- Sebagian perajin batik Kebumen kini sudah melakukan alih teknologi dalam hal
pencairan lilin batik, dari kompor berbahan bakar minyak (BBM) ke kompor listrik. Selain lebih praktis, penggunaan tenaga listrik dalam proses pencairan lilin atau 'malam' itu juga lebih menghemat biaya sampai 50 % dibandingkan kompor minyak, juga lebih ramah lingkungan karena tak memunculkan polusi asap.
"Bagi kami perubahan cara pencairan lilin ini harus kami syukuri, karena memudahkan operasional membatik kami," ujar Miyah (30), perajin batik di Dukuh Lengkong Desa Jemur Kecamatan Pejagoan Kebumen, saat membatik di rumahnya, Rabu (21/8).
Menurut Miyah kepraktisan penggunaan kompor listrik adalah lebih efisien dalam hal waktu dan tenaga, karena tanpa perlu mengisi kompor terlebih dahulu dengan bahan bakar dan menyulut sumbunya dengan api, hanya tinggal memencet saklar dan menancapkan stop kontaknya ke sumber listrik. Selain itu, perawatannyapun lebih praktis karena tak perlu menarik sumbu bila sumbu telah pendek.
"Dengan kompor listrik juga lebih nyaman bagi mata kami karena tak mengeluarkan asap seperti pada kompor minyak," jelas Miyah.
Diantara puluhan perajin batik di Desa Jemur, saat ini sudah ada 21 buah kompor listrik yang digunakan oleh 2 kelompok perajin, yaitu kelompok 'Mawar' dan 'Amanah'. Sedangkan 2 kelompok lainnya yaitu 'Kenanga' dan 'Melati' masih menggunakan kompor minyak berbahan bakar solar. Para perajin anggota kelompok 'Kenanga'dan 'Melati'pun kini tengah bersiap-siap beralih ke kompor listrik pula.
"Setelah harga solar naik dan di desa kami harganya bisa mencapai Rp 8 ribu perliter, kami memang mendambakan kompor yang hemat biaya. Apalagi sekarang berbagai komponen bahan baku seperti kain, malam dan pewarna harganya bertambah mahal," jelas Nurjanah (40),Ketua Kelompok Perajin Batik 'Kenanga'.(Dwi) (KRjogja.com)