Pamong Budaya Lestarikan Seni Ketoprak

PERKAWINAN politik antara dua kerajaan sudah lazim dilakukan pada zaman dahulu untuk memperkuat jejaring kekuasaan. Terlihat dari perkawinan antara ketiga putri Ratu Jayabaya dari Kerajaan Kediri Pemenang dengan tiga putra Raja Gandrayana dari kerajaan Yuastina dalam pementasan Ketoprak Pamong Budaya menjadi fenomena yang lazim terjadi.

Langkah itu diambil guna menengahi konflik dua kerajaan yang tengah berseteru atas prakarsa Resi Mayang Kara. Atas pernikahan tersebut dua kerajaan itu pun bersatu dan menjalani kehidupan secara damai.

Demikian sekilas cerita yang dimainkan oleh Grup Ketoprak Pamong Budaya Kecamatan Karanganyar di Desa Karangkemiri, kemarin.

Pementasan tersebut dalam rangka pelepasan Kades Karangkemiri, Hadi Sunarto yang telah purna tugas. Uniknya, semua kru mulai dari pemain sinden dan penayangan berasal dari pegawai pemerintah kecamatan dan perangkat desa di wilayah Kecamatan Karanganyar.

Dilestarikan

Salah satu pemain yang juga menjabat sebagai Kepala Desa Grenggeng, Marsum mengatakan, pementasan tersebut untuk menghidupkan budaya Seni Jawa warisan leluhur.

Ketoprak Pamong Budaya itu didirikan satu setengah tahun yang lalu oleh Mantan Camat Karanganyar, Sri Kuntanti S Sos. "Ketoprak Pamong Budaya ini akan terus dilestarikan dan dikembangkan," katanya.

Sekda Kebumen, H Adi Pandoyo Sh Msi saat membacakan sambutan Bupati Kebumen mengatakan, Ketoprak sebagai warisan kebudayaan Jawa sangat penting dilestarikan.

Sebab, keberadaanya terus mengalami penurunan. "Kapan-kapan kami undang pentas di Kebumen," selorohnya.

Meski hujan lebat, warga sangat bersemangat melihat pertunjukan tersebut.

Bahkan sejumlah penonton berasal dari luar Kecamatan Karanganyar. Pementasan tersebut berakhir sekitar pukul 03.00 dini hari. (rinto Hariyadi-91)

sumber suaramerdeka