Gelombang Tinggi, Nelayan Tak Melaut



AYAH - Gelombang tinggi di perairan selatan Jawa berdampak luas kehidupan nelayan di Kebumen. Gelombang tinggi yang disertai angin kencang membuat para nelayan tidak berani melaut.

Komandan SAR Lawet Perkasa, Bejo Priyono mengatakan dari empat tempat pelelangan ikan (TPI) di Kecamatan Ayah, hanya 10% yang berani melaut.

Selebihnya, para nelayan di TPI Logending, Padalen, Karangduwur dan Pasir memilih tidak melaut karena tingkat risiko terlalu besar.

"Sekarang ini, gelombang tidak bersahabat sehingga sebagian besar nelayan tidak melaut," ujar Bejo Priyono, kemarin.

Bejo Priyono yang juga Ketua KUD Mino Pawurni mengatakan guna membantu para nelayan dan bakul di musim paceklik, pihaknya telah membagi dana paceklik. "Bantuan telah dilakukan pada Januari lalu," ujarnya.

Diberitakan sebelumnya Stasiun Metorologi Cilacap memperkirakan, tinggi gelombang maksimum di wilayah pantai selatan Jateng dan DIY, berpeluang mencapai 5 meter. Tinggi gelombang akibat adanya siklon tropis "Rusty" di perairan selatan Nusa Tenggara dan daerah pusat tekanan rendah di barat daya Jawa.

Butuh Modal

Di bagian lain, cuaca yang tidak menentu di perairan laut selatan Kebumen membuat nelayan mengurungkan niat untuk  melaut. Angin yang kencang juga menjadi alasan nelayan berada di darat karena perahu mereka tidak bisa masuk ke lautan.

"Dari pada melaut tapi malah merugi, lebih baik istirahat saja," ujar Rasimun (50) nelayan pantai Pasir.

Warga Desa Jintung Kecamatan Ayah yang sudah 30 tahun menjadi nelayan memilih santai bercengkerama dengan sesama nelayah di gubuk tidak jauh dari parkiran perahu. Sebagian nelayan lain yang tidak melaut memilih memperbaiki alat penangkap ikan, seperti merajut jaring yang sudah sobek.

Menurut dia, sekali melaut paling tidak dia membutuhkan modal sekitar Rp 200.000. Jumlah itu untuk membeli 30 liter bensin untuk bahan bakar perahu dua mesin tempel berkekuatan 15 PK miliknya.

Selain itu bekal makanan selama melaut hingga perairan Purworejo paling tidak menghabiskan Rp 50.000.

"Padahal pada masa-masa paceklik seperti ini, mendapat 20 kg ikan saja sudah bagus katanya. (J19-91)

sumber : suaramerdeka