Waspada HIV/AIDS!

KEBUMENKAB.GO.ID - Situasi penyebaran HIV/AIDS di Indonesia seperti dilaporkan oleh Ditjen P2P, Kemenkes RI, tanggal 27 Agustus 2019, menunjukkan jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS yang mendekati angka setengah juta atau 500.000 yaitu 466.859 yang terdiri atas 349.882 HIV dan 116.977 AIDS.

Sedangkan estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia pada tahun 2016 sebanyak 640.443. Dengan demikian yang baru terdeteksi sebesar 60,70 persen.

Itu artinya ada 290.561 warga yang mengidap HIV/AIDS tapi tidak terdeteksi. Dari aspek epidemiologi HIV/AIDS mereka ini jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, al. melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah. 

Di Kabupaten Kebumen sendiri, kasus HIV/AIDS terus meningkat. Dalam Rapat Koordinasi Bidang Kesehatan dan Rakor Anggota Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Kebumen yang berlangsung di Ruang Jatijajar Kompleks Pendopo Selasa (19/11) diungkapkan, analisa situasi HIV/AIDS di Kabupaten Kebumen dilaporkan, dari tahun 2003 sampai dengan Oktober 2019 jumlah HIV/AIDS di Kebumen mencapao 1.308 kasus. Dengan rincian HIV : 495 dan AIDS : 799. Dari jumlah itu 432 orang meninggal. Sementara itu di Jawa Tengah dari tahun 1993 sampai dengan 2018 angkanya mencapai 25.808 dengan rincian HIV : 14.346 dan AIDS 11.462. Dari jumlah ini 1.773 dinyatakan meninggal dunia. 

Estimasi ODHA di Jawa Tengah mencapai 70.351. Sedangkan estimasi ODHA di Kab. Kebumen : 1.771

 

Dalam acara dibuka Wakil Bupati Kebumen H.Arif Sugiyanto, SH dengan narasumber Kepala Dinas Kesehatan dan Kabid P3A Dispermades itu, Wakil Bupati berharap pemerimntah bisa melakukan pendampingan maksimal pada para penderita. Kemudian pemerintah juga perlu menemukan cara untuk bisa membuat masyarakat memahami bagaimana upaya untuk menghindari HIV./AIDS.

Sejak HIV/AIDS ditemukan pertama kali di Bali tahun 1987 sampai dengan Juni 2019 HIV/AIDS sudah dilaporkan oleh 463 (90,07%) kabupaten dan kota dari seluruh provinsi di Indonesia.

Setiap tahun terjadi kenaikan jumlah kasus HIV yang dilaporkan sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2019. Ada lima provinsi dengan jumlah kasus HIV tertinggi yang menempati peringkat satu sampai lima adalah: DKI Jakarta (62.108), Jawa Timur (51.990), Jawa Barat (36.853), Papua (34.473), dan Jawa Tengah (30.257). Sedangkan lima provinsi pada peringkat enam sampai sepuluha yaitu Bali (20.356), Sumatera Utara (17.957), Sulawesi Selatan (9.442), Kepulauan Riau (9.386), dan Banten (8.967).

Sedangkan jumlah kasus AIDS yang dilaporkan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2019 relatif stabil setiap tahun. Jumlah kumulatif AIDS dari tahun 1987 sampai dengan Juni 2019 sebanyak 117.064.

Persebaran kasus AIDS tertinggi ada pada kelompok umur 20-29 tahun (32,1%), kelompok umur 30-39 tahun (31%), 40-49 tahun (13,6%), 50-59 tahun (5,1%), dan 15-19 tahun (3,2%). Berdasarkan jenis kelamin, persentase AIDS pada laki-laki sebanyak 58% dan perempuan 33%. Sementara itu 9% tidak melaporkan jenis kelamin.

Jumlah kasus AIDS berdasarkan pekerjaan atau status adalah: tenaga non profesional (karyawan) (17.887), ibu rumah tangga (16.854), wiraswasta/usaha sendiri (15.236), petani/peternak/nelayan (5.789), dan buruh kasar (5.417).

Faktor risiko penularan terbanyak melalui hubungan seksual berisiko heteroseksual (70,2%), penggunaan alat suntik tidak steril (8,2%), homoseksual (7%), dan penularan melalui perinatal (2,9%).

Bertolak dari laporan ini persoalan besar adalah penemuan kasus HIV/AIDS yang baru mencampai 60,70 persen dari estimasi kasus HIV/AIDS. Ini jadi persoalan besar karena warga yang mengidap HIV/AIDS tapi tidak terdeteksi jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Kondisinya kian parah karena tidak semua warga yang terdiagnosis mengidap HIV mendapat terapi obat ARV (antiretroviral). Dari 70% yang sudah pernah mendapat pengobatan ARV, hanya 33% yang rutin menerima pengobatan ARV, selebihnya putus obat ARV sebesar 23%. (*)