Wayang Kulit Kebumen: Antara Ngapak, Humor, dan Kearifan Lokal
Wayang kulit merupakan salah satu seni pertunjukan tradisional Jawa yang telah diakui dunia sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO. Di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, seni wayang kulit memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dengan daerah lain. Pertunjukan ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga sarana pendidikan moral, spiritual, dan sosial bagi masyarakat.
Sejarah dan Perkembangan Wayang Kulit di Kebumen
Wayang kulit di Kebumen berkembang seiring dengan masuknya kebudayaan Jawa klasik dan pengaruh Islam pada masa lalu. Seni ini sering dipentaskan pada acara-acara besar seperti pernikahan, khitanan, sedekah bumi, hingga perayaan hari besar keagamaan. Dalang-dalang asal Kebumen dikenal memiliki gaya tutur yang khas, mengutamakan kesederhanaan, kelugasan bahasa, serta kedekatan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat desa.
Ciri Khas Wayang Kulit Kebumen
Beberapa keunikan yang membedakan wayang kulit khas Kebumen antara lain:
- Bahasa dan Tuturan: Dalang sering menggunakan bahasa Jawa ngapak khas Banyumasan, sehingga lebih akrab dengan penonton lokal.
- Gaya Pementasan: Pertunjukan lebih interaktif, dengan sisipan humor segar dan kritik sosial yang langsung menyentuh realita masyarakat.
- Irama Gamelan: Iringan musik gamelan cenderung lebih dinamis, dengan tabuhan kendang dan gong yang menonjolkan semangat kerakyatan.
- Cerita yang Dibawakan: Selain mengambil kisah Mahabharata dan Ramayana, dalang Kebumen sering memodifikasi cerita agar sesuai dengan kondisi sosial masyarakat.
- Secara bentuk fisik, wayang kulit Kebumen memiliki ukuran wayangnya yang lebih kecil dan lebih ramping dibandingkan dari daerah lain, seperti Yogyakarta atau Solo.
Fungsi dan Makna Sosial
Wayang kulit di Kebumen bukan hanya hiburan, tetapi juga:
- Media Dakwah dan Pendidikan: Mengajarkan nilai moral, etika, dan ajaran agama.
- Sarana Kritik Sosial: Melalui tokoh punakawan seperti Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong, dalang menyampaikan sindiran kepada penguasa maupun masyarakat.
- Penguat Identitas Daerah: Menjadi kebanggaan masyarakat Kebumen dalam melestarikan budaya lokal.
Kondisi dan Pelestarian
Di era modern, pertunjukan wayang kulit menghadapi tantangan, terutama menurunnya minat generasi muda. Namun, berbagai komunitas budaya, sanggar seni, hingga dukungan pemerintah daerah Kebumen terus berupaya melestarikan kesenian ini. Pagelaran wayang kulit kini tidak hanya dipentaskan secara tradisional, tetapi juga diadaptasi ke media digital dan festival budaya, sehingga tetap relevan di tengah perkembangan zaman.
Di Kebumen, sanggar wayang kulit memiliki peran penting dalam melestarikan seni pedalangan. Meskipun tidak semua sanggar terdaftar secara publik, berikut adalah beberapa sanggar wayang kulit yang dikenal di Kebumen beserta lokasinya:
- Sanggar Anggono Laras: Sanggar ini berpusat di Desa Podourip, Kecamatan Petanahan, Kebumen. Sanggar Anggono Laras dikenal sebagai sanggar seni pewayangan, karawitan, dan tari Jawa.
- Sanggar Surya Sumirat: Sanggar ini berada di Desa Pesuningan, Kecamatan Prembun, Kebumen. Sanggar Surya Sumirat aktif dalam melestarikan kesenian tradisional di tengah masyarakat.
- Sanggar Wirobudoyo: Sanggar ini berlokasi di Desa Wiromartan, Kecamatan Mirit. Sanggar Wirobudoyo juga dikenal karena berkreasi dengan mengangkat cerita-cerita lokal pesisir selatan Urutsewu Kebumen dalam pertunjukan mereka.
Kabupaten Kebumen dikenal memiliki banyak dalang andal yang aktif melestarikan seni wayang kulit. Dalang-dalang ini berasal dari berbagai generasi, mulai dari yang senior hingga dalang muda berbakat. Berikut adalah beberapa nama dalang wayang kulit terkemuka asal Kebumen:
Dalang Senior dan Terkenal
- Ki Bambang Cahyono, S.Sn., M.Pd.: Berdomisili di Desa Bonorowo, Kecamatan Bonorowo, beliau dikenal tidak hanya sebagai dalang, tetapi juga seorang budayawan yang berdedikasi.
- Ki Eko Suwaryo: Dalang kondang yang sering menampilkan pertunjukan dengan gaya gagregan Banyumasan dan dikenal luas di YouTube.
- Ki Langgeng Hidayat: Dikenal sebagai "Lurah Dalang," beliau merupakan dalang senior yang namanya sudah tidak asing lagi di kalangan penggemar wayang pesisiran atau gagrag Banyumasan.
- Ki Basuki Hendro Prayitno: Seorang maestro seni yang juga dikenal sebagai Dalang Sindu. Beliau memiliki keahlian khusus dalam mendalami Wayang Golek khas Kebumenan.
- Ki Darman Gondo Warsito: Dalang yang teguh memegang tradisi dan dikenal sebagai salah satu seniman yang setia melestarikan pakem-pakem wayang Jawa.
Dalang Muda dan Potensial
- Ki Purwono Sinugiyanto: Dikenal sebagai dalang muda yang aktif tampil di berbagai acara, termasuk di tingkat provinsi.
- Ki Sigit Setyawan: Dikenal memiliki gaya sabetan (gerakan wayang) yang dinamis, beliau menjadi harapan baru dalam dunia seni pedalangan Kebumen.
- Ki Jalu: Putra dalang asal Kebumen yang berhasil mencuri perhatian penonton dalam berbagai festival dan acara seni wayang kulit.
- Ki Gatotkaca Zukma Aji: Dalang bocah milenial yang menunjukkan bakat luar biasa sejak usia muda dan menjadi salah satu wajah baru dalam regenerasi dalang di Kebumen.
- Ki Muhammad Prasetyo Bayu Aji: Salah satu dalang muda yang namanya muncul dalam berbagai daftar dalang potensial di Indonesia.
Para dalang ini, baik senior maupun yang muda, terus berkontribusi dalam menjaga kelangsungan seni wayang kulit di Kebumen. Mereka tidak hanya menghibur, tetapi juga menjadi ujung tombak pelestarian budaya yang sangat berharga.
Penutup
Wayang kulit khas Kebumen adalah bukti bahwa seni tradisi mampu hidup berdampingan dengan kehidupan modern. Dengan gaya bahasa ngapak yang merakyat, humor segar, serta pesan moral yang kuat, wayang kulit dari Bumi Lawet ini tetap menjadi tontonan sekaligus tuntunan bagi masyarakat. Melestarikan wayang kulit berarti menjaga warisan luhur sekaligus memperkuat jati diri budaya Kebumen.