Metode Tamyiz Mudahkan Terjemah Quran
KEBUMEN - Banyak orang meyakini untuk bisa menerjemahkan Alquran dibutuhkan waktu belajar selama bertahun-tahun. Tetapi seiring dengan perkembangan metodologi pembelajaran saat ini, untuk bisa menerjemahkan ayat Alquran hanya butuh waktu hitungan hari.
Bahkan dengan metode tamyiz, hanya butuh waktu 100 jam saja agar peserta didik yang awalnya buta tata Bahasa Arab mampu menerjemahkan Alquran 30 Juz. Metode yang dikembangkan oleh ustad Abaza MM di Pesantren Bayt Tamyiz Indramayu itu memformulasikan teori Nahwu Shorof Quantum yang bisa mengantarkan siapa pun yang bisa membaca Alquran dalam waktu singkat menjadi pintar menterjemahkan Alquran maupun kitab kuning.
Karena keefektifannya, metode tamyiz mulai dikembangkan di Kebumen oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Gombong. Bekerja sama dengan Pondok Pesantren Al Kamal Desa Tambaksari, Kecamatan Kuwarasan PCM Gombong mengadakan training terjemah Alquran dan kitab kuning dengan pola 100 jam tersebut.
Training yang digelar selama 12 hari itu diikuti oleh 400 peserta yang terdiri atas santri Pesantren Al Kamal, santri An Nur Gombong, para guru SD, MI, SMP dan SMA Muhammadiyah, hingga para jamaah masjid. Training sudah dimulai sejak Kamis (28/6) sampai dengan Senin (9/7) besok. Waktu pembelajaran mulai pukul 07.00-16.30 dengan diampu ustad dari Indramayu yakni ustad Indra, Saman, Zulkifli, dan ustad Hamdani.
Menurut Ketua PCM Gombong Ir HM Yahya Fuad SE, melalui metode ini akan menghilangkan kesan bahwa selama ini belajar Alquran itu sulit. Sebab, dengan metode tamyiz orang yang sebelumnya tidak mengerti tata bahasa Arab secara cepat mampu menerjemahkan Alquran.
Tidak Percaya
’’Setelah memahami Alquran harapannya umat Islam mampu mengamalkan semua apa yang terkandung di dalamnya,’’ujar Yahya Fuad kepada Suara Merdeka di sela-sela training.
Selama ini, imbuh dia, orang tua sudah cukup puas dengan melihat anaknya bisa membaca Alquran. Padahal sebenarnya anak kecil bisa lebih dari sekadar bisa membaca, terjemah dan mengajarkan Alquran maupun kitab kuning.
Yahya Fuad yang juga Ketua Yayasan Nurul Ihsan menambahkan, training tersebut merupakan tindak lanjut setelah pihaknya mengirimkan 20 orang untuk mengikuti training di Pesantren Bayt Tamyiz Indramayu. Selama 20 hari pada 5-25 Juni lalu, mereka belajar terjemah Alquran menggunakan metode tamyiz.
Setelah kembali mereka dapat membantu ustad inti yang memberikan materi metode tamyiz. ’’Awalnya saya hanya bisa membaca Al Quran, tetapi sekarang Al hamdulillah sudah bisa menerjemahkan,’’ujar Abdullah Afandi, Kabag Bina Rohani Islam Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong yang ikut training di Indramayu menyampaikan testimoni.
Pengasuh Pesantren Al Kamal Kiai H Hayat Ihsan mengaku awalnya dia tidak percaya bahkan menolak metode tamyiz. Dia baru mengakui dan menerima metodologi itu setelah mengetes salah satu putranya yakni Saifuddin Zuhri SPd yang selesai mengikuti training metode tamyiz di Indramayu untuk membaca tulisan Arab tanpa harokat.
’’Saya kaget, padahal anak saya itu tidak pernah sekolah agama. Tapi secara kilat sudah menguasai tata Bahasa Arab yang dulu saya pelajari bertahun-tahun,’’ujar Kiai Hayat.
Metode tamyiz terbagi menjadi tiga tingkatan. Tamyiz 1 santri ditarget pintar menerjemahkan Alquran dengan bantuan kamus. Lalu tamyiz 2 santri pintar baca kitab kuning tanpa terjemah dan tamyiz 3 santri bisa kitabah, pintar terjemah Alquran dan kitab kuning. (J19-28)
Sumber : suara merdeka.com
157352.jpg IMG_9968.JPG compact_sembako.jpg