Ekspor Macet, Pedagang Kelapa Kesulitan Pasar
KEBUMEN - Kondisi pasar kelapa saat ini belum juga membaik. Para pedagang di Pasar Kutowinangun dan Prembun mengaku kesulitan pasar, setelah kegiatan ekspor macet beberapa bulan lalu.
Sebelumnya, pedagang diuntungkan dengan kegiatan ekspor kelapa tujuan Thailand melalui tengkulak Semarang.
Dalam sehari, rata-rata pedagang mampu menyetor kelapa ke tengkulak Semarang mencapai puluhan ribu buah. Tak hanya itu, harga jual kelapa waktu itu pun naik lebih dari Rp 2.000 per buah untuk kualitas B dan C. Sayangnya, kegiatan ekspor tersebut kini macet akibat ulah para tengkulak nakal.
Selain itu, usai Lebaran lalu, kondisi pasar kelapa makin terpuruk, dimana kelapa kering hingga tak laku dijual. Salah satu pedagang kelapa di Pasar Kutowinangun, Ahadin (40) mengatakan, ekspor kelapa tersebut untuk memenuhi kebutuhan pabrik obat dan kosmetik.
Terus Terpuruk
Kabarnya, pihak-pihak sudah membayar lunas biaya pembelian kelapa kepada tengkulak. Para tengkulak nakal ternyata tidak membayarkan uang tersebut kepada pedagang selama beberapa bulan, sehingga pedagang pun enggan menyetor dagangannya. Mengetahui proses distribusi kelapa mengalami masalah, pihak pabrik kemudian memutus proses pembelian. Kalau tidak dibayar, kami mau belanja kelapa pakai uang siapa. Keluhnya, Senin (1/10).
Dia mengatakan, sejak saat itu kondisi pasar kelapa terus terpuruk, terutama sesuai musim Lebaran lalu. Jika sebelum Lebaran, Ahadin mampu mengirim 6.000 buah kelapa, kini hanya 4.000 saja. "Harga jual kelapa saat ini pun terbilang rendah," kata Ahadin.
Untuk kelapa kualitas A, yakni berukuran besar dan bercorak putih, diharga Rp 2.300 per buah. Kualitas B atau kualitas sedang dijual seharga Rp 1.300 per buah. Kualitas B atau kualitas sedang dijual seharga Rp 1.300 per buah dan terendah adalah jenis C dihargai Rp 800 per buah.
Pedagang lain, Salimah (55) juga mengaku kesulitan mencari stok kelapa. Saat ini stok di petani mengalami penurunan dibanding bulan lalu. (K42-91)
sumber : suaramerdeka