Perajin Kebumen Olah Kayu Nagasari Jadi Produk Bernilai Seni

KEBUMEN,  – Tiga orang warga Dusun Entak, Desa Kuwaru, Kecamatan Kuwarasan, Kebumen mengembangkan kerajinan yang terbuat dari kayu nagasari. Kayu yang oleh sebagian orang dianggap memiliki tuah itu diolah menjadi berbagai bentuk kerajinan bernilai seni tinggi.

Tiga perajin itu adalah Bandiono (40), Haryadi (38) dan Budi Purwanto. Ketiganya yang masih bersaudara itu awalnya berprofesi sebagai pembuat perabot mebeler dari kayu. Kemudian sejak 2012 mereka beralih menekuni kerajinan aksesoris dari kayu. Secara khusus, ketiganya hanya menggunakan kayu jenis nagasari yang kebanyakan berada di area pemakaman.

Tidak mudah untuk mendapatkan kayu sebagai bahan baku kerajinan tersebut. Untuk bisa menebangnya membutuhkan keahlian khusus dan ritual. Adapun soal berapa harga yang harus dibayar untuk menebus kayu itu, mereka enggan menyebutnya. Biasanya sesuai kesepakatan atau dikenal dengan istilah mahar.

“Biasanya, kami mendapatkan bahan baku kayu nagasari dari wilayah Kebumen hingga Banyumas. Sekitar 90 persen kayu nagasari tumbuh di area pemakaman,” ujar Budi Purwanto kepada suaramerdeka.com di workshopnya, Selasa (3/1).

Ya, dengan keterampilan mereka, kayu-kayu tersebut diubah menjadi aneka kerajinan dari cincin, ring cincin, gelang ukir, tasbih, rosario, liontin, hingga warangka keris, landeyan tombak atau tongkat. Ada juga batang kayu yang dibuat menjadi patung. Bentuk motif dan ukuran bisa menyesuaikan, baik polos maupun ukir.
Soal harga aksesoris yang mereka buat, Budi Purwanto menyebut beragam. Tergantung tingkat kesulitan. Seperti tasbih atau gelang yang seharga Rp 250.000 hingga jutaan rupiah untuk patung dan bentuk lain. “Makin rumit motifnya, makin mahal,” ujarnya tersenyum.
Favorit Konsumen

Salah satu yang menjadi favorit konsumen adalah gelang ukir naga. Gelang ukir naga yang mereka produksi diklaim hanya ada di Kebumen dan Cirebon. Tetapi gelang ukir naga produksi Budi Purwanto dan kawan-kawannya memiliki kekhasan sendiri. Kendati dari kayu, naga itu seperti hidup saking telitinya mereka membuatnya. Selain ukiran dari kepala hingga ekor yang sangat detail, gelang naga itu juga dilengkapi mata dari batu.

“Ini termasuk yang paling rumit. Agar bisa memeroleh detail ukiran seperti ini dipergunakan jarum,” terang Budi Purwanto sembari memperlihatkan lekuk liku ukiran naga yang indah itu.

Tak hanya diminati warga Kebumen, kerajinan buatan mereka kini banyak diambil dari luar daerah. Bahkan luar negeri seperti Malaysia. Sebab, selain mengikuti pameran, mereka juga memasarkan produksinya melalui media sosial khususnya Facebook. Ada tiga akun facebook yang mereka gunakan, yakni danangwijaya11, Jiwanta Art dan yulifujima.

“Biasanya pembeli pesan atau datang langsung ke sini,” ujar Budi Purwanto diamini Bandiono dan Haryadi.

Darimana mereka belajar membuatnya? Budi Purwanto menyampaikan hasil coba-coba sendiri otodidak. Bahkan, sebagian peralatan yang mereka gunakan adalah hasil modifikasi sendiri. Soal omset, mereka tak mau menyebut. Namun, dari hasil usaha itu, ketiganya menghidupi keluarganya.

“Kami ingin mengembangkan usaha ini sekaligus menjadikannya sebagai aksesoris yang memiliki keunikan di Kebumen,” ujarnya seya mengaku terkendala modal.

(Supriyanto/CN19/SMNetwork)suaramerdeka.com