Akan Dijadikan PBLH, Kampung Eksodan Diganti Nama Menjadi "Surya Pakistan"
KEBUMEN - Perumahan Eksodan yang berada di kawasan Pantai Tanggulangin, Kecamatan Klirong, bakal disulap menjadi pemukiman berwawasan lingkungan hidup (PBLH). Program tersebut guna mendukung Pemkab Kebumen yang akan membuka muara Sungai Lukulo sebagai lokasi wisata baru.
Ketua Pengurus Cabang Muhammadiyah (PCM) Klirong HM Yasin Ibrahim, mengatakan gagasan tersebut muncul dari pengurus PCM Klirong setelah berdiskusi dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah. "Kami sedang menggagas itu, karena keberadaan perumahan yang dihuni oleh sekitar 400 warga itu sangat mendukung dijadikan pemukiman yang berwawasan lingkungan hidup," kata Yasin Ibrahim, kepada Kebumen Ekspres, Jumat (23/9/2016).
Tak hanya itu, pihaknya juga ingin merubah nama "Eksodan" menjadi "Surya Pakistan". "Surya itu adalah matahari. Sedangkan Pakistan itu singkatan dari Pantaiku Indah Sekali Tanggulangin," bebernya.
Yasin mengungkapkan, ide itu sebenarnya muncul sejak 2014 lalu saat acara peringatan hari hutan sedunia yang dipusatkan di kawasan Pantai Tanggulangin. "Jadi ini merupakan realisasi dari program kerjasama antara PP Muhammadiyah dengan Kementeriah Kehutanan," imbuhnya.
Sementara itu, kawasan perumahan eksodan sendiri bakal dimasukan dalam peta wisata muara Sungai Lukulo yang digagas oleh Pemkab Kebumen. Bahkan pada Selasa (20/9) lalu tempat ini telah disurvei langsung oleh Bupati Mohammad Yahya Fuad untuk memastikan kesiapan warga eksodan menjelang ditetapkakn menjadi lokasi wisata.
Selain pemukiman warga yang unik, di tempat itu juga terdapat industri rumahan keripik ikan yang tergabung di Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Karya Mina Sejahtera.
Karya Mina Sejahtera yang beranggotakan 16 orang fokus mencari ikan di laut dan budidaya ikan lele dan gurami di 28 kolam. Sedangkan satunya yang beranggotakan ibu-ibu bernama Kelompok Pengolah dan Pemasaran (Poklahsar) Mina Harapan memproduksi keripik, nugget dan memasarkannya.
Poklahsar juga pernah mendapatkan bantuan senilai Rp 30 juta. Bahkan beberapa saat lalu mendapatkan bantuan dari provinsi Jawa Tengah berupa kolam terpal ukuran 57×57 meter sebanyak empat kolam, pakan ikan 1,5 ton dan bibit ikan 40 ribu ekor.
Kolam itu digunakan untuk membudidaya ikan lele dengan kapasitas 40.000 ekor. "Saya berusaha sebaik mungkin, karena ini merupakan langkah awal membangun peradaban baru di kawasan eksodan, kata Sarikun, penggagas produksi keripik ikan.
Proses pembuatan kripik ikan itu tanpa menggunakan penyedap rasa. Hasilnya pun sangat menguntungkan. Kripik ikan jenis rucah tersebut laku Rp 40.000-Rp 45.000 perkilogram. Dan saat ini kripik ikannya telah lulus uji kualitas Laboratorium Kesehatan Daerah Kebumen.(ori) (kebumenekspres.com)