210 Desa di Kebumen Rawan Bencana
Warga Ikuti Pelatihan Desa Tangguh Bencana
KEBUMEN - Sebanyak 210 dari 449 desa dan 11 Kelurahan yang tersebar pada 26 kecamatan di Kabupaten Kebumen, rawan terjadi bencana. Bencana itu baik banjir, longsor, hingga tsunami, kekeringan. Dan, untuk mengantisipasi terjadinya bencana, Pemkab Kebumen akan menjadikan desa sebagai garda terdepan dalam penanggulangan bencana.
Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kebumen, Drs Setyo Aji di sela-sela pelatihan desa tangguh bencana (Destana) di hotel Candisari, Karanganyar, Kamis( 18/8/2016). Pelatihan sendiri diikuti diikuti 150 peserta dari 6 desa di enam kecamatan Kabupaten Kebumen dan berlangsung dua hari, Kamis-Jumat (18-19/8).
Enam desa itu masing-masing Desa Kenteng Kecamatan Sempor, Desa Adimulyo Kecamatan Adimulyo, Desa Lembupurwo Kecamatan Mirit, Desa Karanggayam Kecamatan Karanggayam, Desa Petangkuran Kecamatan Ambal, dan Desa Pujodadi Kecamatan Bonorowo.
Hadir sebagai pemateri, fasilitator tingkat nasional, Hendrik Ary Dermawan SE MM. Adapun materi pelatihan meliputi indikator dan prinsip Desa Tanggap Bencana (Destana). "Adanya pelatihan desa tangguh bencana ini untuk mewujudkan desa yang mandiri dan bisa menjadi garda terdepan dalam pengurangan resiko bencana, " katanya yang kemarin didampingi Kasie Kesiapsiagaan, Ahmad Sofani.
Penanggulangan resiko bencana itu penting mengingat, ada 210 desa dari 460 desa/kelurahan di Kebumen yang rawan terjadi bencana. Baik bencana stunami, tanah longsor, banjir, kekeringan dan dampak letusan gunung api. BPBD, katanya, selalu memonitor wilayah rentan bencana tersebut. Namun demikian, BPBD atau Pemkab Kebumen tak bisa melakukannya sendiri melainkan butuh partisipasi masyarakat untuk bersama-sama menanggulangi bencana.
Itu pula yang melatarbelakangi pembentukan desa tangap bencana (Destana). Tujuan dibentuknya Desatana, guna mendorong terwujudnya ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana. "Sekaligus mendorong sinergi dan integrasi seluruh lapisan organisasi, lembaga usaha, pemerintah dan masyarakat untuk dapat paham tanggap bencana," kata Setyo Aji.
Ahmad Sofani menambahkan, para peserta diharapkan bisa menjadi leader bagi masyarakat dalam menyosialisasikan hasil pelatihan di desa masing masing. Serta mendorong terwujudnya Destana yang mandiri dan masyarakat tanggap terhadap potensi bencana dan cara menaggulanginya. "Harapan dari pihak BPBD khususnya bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan ini agar masyarakat bisa tahu apa itu bencana dan bagaimana cara menanggulanginya sehingga pada saat terjadi bencana masyarakat bisa menamnggulangi secara mandiri," katanya.
Sementara itu, Hendrik Ary Dermawan mengamini bahwa sejumlah wilayah di Kebumen menjadi wilayah yang bepoteni bencana. Dalam Pengurangan resiko bencana masyarakat diharapkan untuk dapat berperan aktif dan peduli terhadap potensi timbulnya bencana.
Untuk mewujudkan masyarakat yang tanggap terhadap resiko dan penanganan bencana, pemerintah menggencarkan upaya pengurangan resiko bencana dengan melibatkan
sejumlah masyarakat dan perangkat desa untuk mengikuti pelatihan pengurangan resiko bencana.
Salah satu peserta pelatihan, Suarno (48) yang juga perangkat Desa Adimulyo berharap, dapat segera menerapkan dan menyosialisasikan materi pelatihan kepada masyarakat agar mereka tahu akan kebencanaan dan potensi bencana di wilayahnya sendiri. (saefur/cah) (kebumenekspres.com)